Maju

14 December 2010

print this page
send email
“Swear… itu sangat sulit dilakukan, Bro!” seorang lelaki, kawanku, berbisik di telinga kiriku. “Apa kau siap menanggung risiko itu? Aku pun melakukannya dengan terbata-bata kemarin. Mampus dah…”

Beragam pikiran dan imajinasi segera melintas di awang-awang otakku. Tergambar betapa sulitnya hal yang akan kulakukan. Bagaimana kalau ini, bagaimana kalau itu? Bagaimana jika begini? Bagaimana jika begitu? Tak selesai…

“Gimana, Mas? Mau ndak mbantuin aku seminar skripsi?” wanita berparas ayu dengan jilbab biru muda tampak memohon memelas.

Aku melihat kawanku, meminta pendapatnya. Ia hanya mengedikkan bahu, yang berarti oh-aku-bebas-dari-tanggung-jawab. Aku mendengus….

“Jujur saja, Ve, abang belum pernah melakukannya. Apa tak ada orang lain yang bisa membantu kau?” tanyaku akhirnya.
Veti menggeleng lemas. “Semuanya mengatakan hal yang sama: mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Paling orang yang masih bisa kutemui ya kamu, Mas.”

Aku mengangguk-angguk. Temanku membisikkan sesuatu. “Beuh, belum tahu saja kau rasanya dihajar kata-kata sama si Haikal. Wah… tak bisa bantu aku kalau kau diserang. Aku lebih baik mundur sajalah.”

Ck, bahaya juga sih untuk keselamatanku. Tapi, bagaimana ini? Aku melirik Veti. Manis juga gadis ini, kalau sedang tergesa dan bersusah hati. Aku mengambil keputusan…

“Baiklah. Jam berapa aku harus hadir di acara seminar skripsimu?!”

“Yess…” Veti senang. “Besok Mas, jam 9 pagi di kelas ini ya… Makasih before…”

Yap, aku melakukan lagi. Hal gila yang tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Tapi, sebodo ah, emangnya gue pikiran.

* * *

Dan keesokan harinya, semua berjalan dengan sempurna tak ada tanda-tanda kesulitan yang berarti, yang berarti aku berhasil. Dan rasanya biasa saja… seperti menjalani hidup kita sehari-hari. Hahahaha…

0 komentar:

Post a Comment