Gosip [Part II]

16 January 2013

print this page
send email
Lanjutan dari Cerpen > Gosip [Part II]

Esoknya harinya, semua orang di kampungku heboh dengan gosip itu. Dari sudut rumah ke sudut rumah, tiap orang yang berkumpul membicarakan Pak Kiswanto yang tengah pergi entah ke mana. Itu kudengar sewaktu aku pulang dari sekolah, di mana aku harus melewati gang kecil yang panjang. Dan rumahnya kiri-kanan rekat-rekat. Hembusan gosipnya, sudah terpelintir lagi jadi bermacam-macam. Sependengaranku, ada yang berkata, “Pak Kis, dipenjara.” Itu kata Bu Ginem, orang yang usianya sudah sepuh sekali.

Ada yang bilang juga, “Pak Kis diculik. Lelaki gondrong yang menghampirinya kemarin itu adalah penculiknya. Lantaran Pak Kis tidak membayar utang-utangnya.” Yang ini dibilang Eko, pemuda harapan bangsa yang masih duduk di bangku SMA kelas III. Ada pula yang mengatakan, “Pak Kis digondol Wewe.” Ah, gosip apalagi itu. Dan masih banyak gunjingan-gunjingan miring tentang Pak Kis. Aku sebetulnya ingin menutup kuping agar hembusan-hembusan gosip itu tak sampai ke telingaku. Apa lacur, suara seperti air, biar ditutup bakal tetap menembus asalkan ada udara.

“Tuh, betul kan, apa yang ibu bilang?” tanya ibu, ketika aku baru saja sampai di rumah.

“Betul apanya?” tanyaku tak mengerti dengan maksud pertanyaan ibuku.

“Itu, Pak Kiswanto. Tetangga-tetangga juga sudah pada tahu kenapa Pak Kiswanto tak pulang kemarin malam.”

Kurapikan sepatu di tempatnya. Aku masuk, ibu turut serta mengikutiku. “Aku sudah menduganya. Ternyata tebakanku betul.”

Aku mulai bingung mengapa ibuku senang. Bukankah seharusnya biarkan saja. Toh, bukan urusannya. Memangnya dapat apa jika tebakannya benar. Aneh? Tapi aku penasaran juga, bagaimana kelanjutannya. Dan oleh karena itu aku bertanya pada ibu, “Terus, apa yang dilakukan Pak Kiswanto sampai nggak pulang?”

“Kau sudah lihat koran hari ini?”

Aku menggeleng. “Belum, memang kenapa?”

“Heboh. Betul-betul heboh,” tukas ibu dengan nada meyakinkan, “Kalau dulu, Om kau diperlihatkan fotonya yang bekas dihajar sama polisi, tetapi Pak Kiswanto, diperlihatkan fotonya dalam keadaan nggak dihajar sama polisi.” Omku pernah jadi pesakitan dengan dituduh sebagai pencuri sepeda motor.

“Apa yang dilakukannya?”

“Seperti dulu yang pernah dilakukannya. Pengoplosan oli.”

“Waduh... kasus lama masih terulang?”

“Iya. Kau tahu berapa banyak uang jaminannya? Seratus juta! Duit sebegitu banyak, bisa buat kau sekolah sampai S3.”

“Aneh ya bu?!” kataku, “Sudah kaya begitu masih saja, cari duit dengan jalan yang aneh-aneh. Apalagi ia seorang haji.”

Ibu hanya tersenyum mendengar pendapatku. Dan begitulah, aku masih menanggapi jawaban-jawaban ibu. Hingga aku tak ingat lagi, untuk apa aku bertanya dan untuk apa aku tahu. Aku jadi ikut-ikutan menggosip. Ternyata gosip-gosip memang asik. Bahkan, buat seseorang yang tak menyukainya sekalipun.
[Yogyakarta, 25 Januari 2009]

0 komentar:

Post a Comment