Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Sampai Mati untuk Indonesia

31 July 2008

“Menuju Nation Building Indonesia Majemuk”

Peranan kaum peranakan Tionghoa di Hindia Belanda, tak bisa dipungkiri, telah membawa warna tersendiri. Warna ini khususnya menyangkut sektor perekonomian. Tetapi, tak bisa dipungkiri pula bahwa sejarah kaum peranakan Tionghoa di Hindia Belanda, lekat dengan warna diskriminasi. Walau derajat kaum Tionghoa ketika masa penjajahan Belanda sedikit lebih tinggi daripada golongan Bumiputera -- termasuk dalam golongan bangsa Timur Jauh bersama India dan Arab --, tetapi nasib selalu menjadi second person di berbagai situasi, kerap ditimpakan pada golongan yang satu ini.

Situasi diskriminasi sedikit lebih terkikis kala Sun Yat Sen mendeklarasikan Negara Republik Tiongkok. Aura nasionalisme ternyata mengimbas pula hingga ke Hindia Belanda. Orang peranakan kini lebih bisa membusungkan dada dengan jiwa nasionalisme yang kini telah resmi mereka punyai. Untuk mewadahi semangat nasionalisme yang mulai berkembang inilah, kaum peranakan Tionghoa di Hindia Belanda membentuk sebuah perkumpulan yang dinamakan Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) pada 1900. Tetapi sekira medio 1930-1945, THHK mulai hilang pengaruh dan tak terdengar lagi pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945. Walau telah menghilang, satu hal yang masih tersisa dengan kehadiran THHK adalah warisan sejarah, yaitu Ke-Tionghoa-an Indonesia.

Pasca kemerdekaan, muncul lagi sebuah perkumpulan dari peranakan Tionghoa. Kali ini bernama Badan Permusjawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki). Baperki berdiri pada 13 Maret 1954 yang dipelopori beberapa tokoh peranakan Tionghoa dengan Siauw Giok Tjhan sebagai ketua umumnya. Bertolak dari semboyan Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu jua), Baperki mendorong diterimanya golongan Tionghoa yang terwujud dan berkembang di Indonesia ini sebagai bagian yang tak terpisah dari nasion Indonesia. Tujuannya menghadapi diskriminasi rasial di berbagai bidang.

Di dalam Baperki, para tokohnya menganjurkan kalangan Tionghoa Indonesia untuk mengintegrasikan diri ke dalam lapisan kegiatan Indonesia. Pun demikian mereka tak perlu menanggalkan gaya Tionghoanya, baik secara biologis maupun kebudayaan. Bagi orang-orang Tionghoa yang tergabung ke dalam Baperki, persatuan bukan berarti melumerkan jati diri mereka ke dalam pihak mayoritas. Mereka beranggapan bahwa kewarganegaraan Indonesia tak mengenal asal-usul keturunan, agama dan status sosialnya.

Baperki bergerak dalam bidang yang lebih luas daripada THHK, yaitu meliputi bidang ekonomi, sosial, kebudayaan dan pendidikan. Untuk mewujudkannya, di akhir 1950-an didirikan dan dikelola ratusan sekolah di berbagai kota besar. Dilanjutkan dengan mendirikan universitas di Jakarta, Jogjakarta, Surabaya, Semarang, Malang, Solo dan Medan.

Corak pendidikan yang dikembangkan dalam sekolah yang didirikan Baperki, mengikuti kurikulum nasional yang dicanangkan pemerintah. Bahkan para siswanya didorong aktif berpartisipasi dalam kegiatan politik nasional untuk mempercepat proses Nation Building. Corak ini berbeda dengan kebijakan yang diambil THHK yang menerapkan pendidikan yang berorientasi pada pola pendidikan ala Tiongkok.

Nyala api perjuangan Baperki untuk mencapai Nation Building, turut pula disponsori oleh Presiden Soekarno, yang kerap menyatakan bahwa Baperki adalah salah satu organisasi massa yang patut dijadikan teladan. Pemberian support ini dibuktikan presiden ketika berpidato pada pembukaan Kongres Nasional kedelapan Baperki di Istana Olahraga Gelora Bung Karno pada 14 Maret 1963. Dalam pidatonya, presiden menyatakan bahwa Baperki menjadi sumbangan besar dalam revolusi Indonesia. Tercatat dalam tinta sejarah, bahwa Baperki adalah partai politik Tionghoa yang paling berhasil memobilisasi massa Tionghoa untuk menerima Indonesia sebagai tanah airnya.

Pada pemilu 29 September 1955, Baperki mendapat 0,47 % suara atau sama dengan 1 kursi anggota untuk pemilihan parlemen. Sedangkan untuk memilih dewan konstituante, mendapat 0,42 % suara atau sama dengan 2 kursi.

Kisah Baperki mulai pupus ketika terjadi pergantian pemerintahan pada 1966. Proses panjang memperjuangkan Nation Building secara sistematis dihentikan, digantikan dengan slogan persatuan dan kesatuan bangsa model pemerintah Orde Baru. Bahkan kata Nation Building dilenyapkan dari perbendaharaan kata politik.
Continue Reading...

Alimin: the Great Oldman

16 July 2008

Sejarah memang belum memberi lelaki yang lahir pada 1889 ruang besar bagi namanya untuk menjulang seperti Semaun, Darsono, Muso, Aidit. Padahal ia merupakan tokoh lama yang telah bergeliat dalam tahun-tahun awal Partai Komunis Indonesia (PKI) terbentuk. Ia merupakan sosok pejuang rakyat yang aktif dan konsisten sejak masa pergerakan nasional. Ia banyak memberi dukungan kepada generasi muda untuk meneruskan perjuangan. Khususnya masa-masa setelah pemberontakan PKI tahun 1948.

Sebuah pernyataan mengejutkan dikeluarkan oleh Kementerian Kehakiman Mr. Soesanto Tirtoprodjo mengenai nasib PKI setelah pemberontakan PKI 1948 di Madiun. Kepastian itu mengenai pemerintah tidak akan melarang PKI dan tidak akan menangkap tokoh-tokohnya, kecuali yang melanggar hukum. Kebijakan pemerintah tersebut kemudian disambut positif, terbukti diikuti banyaknya tokoh PKI yang muncul dari tempat persembunyiannya. Salah satunya adalah Alimin—tokoh tua PKI, yang muncul di Yogyakarta. Pada waktu itu kekosongan di kursi kepemimpinan partai karena tewasnya Muso membuatnya mampu mengisi jabatan itu. Apalagi ditambah dia memiliki sikap besar seorang pemimpin, praktis membuat namanya menonjol, ia pun dihormati oleh generasi muda komunis Indonesia. Hal ini memberikan Alimin peluang untuk memimpin PKI.

Pada waktu ia menjabat, hal pertama yang dihadapinya di dalam partai adalah hancurnya struktur partai akibat pemberontakan Madiun. Konsekuensi lainnya adalah mengenai citra buruk partai. Begitu berada di bawah kendalinya, langkah awal yang diambil adalah menghimpun kembali para anggota dari awal dan mengkadernya dengan selektif. Di samping itu Alimin juga menyusun kembali Sekretariat Central Comite (CC) dan menandai kemunculan PKI dengan susunan Sekretariat CC tersebut yang disiarkan pada 10 Juni 1950. Susunan tersebut terdiri dari Sukisman (mantan Sekjen Pesindo), Djaetun (mantan Digulis), dan Ngadiman. Akan tetapi secara praktis kegiatan partai belum ada kecuali pekerjaan di parlemen yang dilakukan oleh Tan Ling Djie.

Dalam kondisi partai yang belum memiliki kegiatan inilah, Alimin mulai mengupayakan langkah kongkret guna menghapus citra buruk partai. Demi mengembalikan kekuatan partai, ia menerapkan kebijakan yang lebih ketat dengan memperhitungkan kualitas para anggotanya. Ia membangun partai kecil dengan membangun pondasi yang kuat disertai dukungan kader yang cakap. Alimin membentuk PKI sebagai partai kader.

Menggunakan strategi seperti yang diterapkan Sneeveliet untuk menginfiltrasi SI, Alimin menggunakan metode yang sama. Strategi infiltrasi yang diterapkan Alimin terbukti cukup jitu. Ia memerintahkan kader partainya masuk ke berbagai organisasi kepemudaan, buruh, petani, dan wanita. Namun dalam upayanya membangun kembali kekuatan PKI, justru datang halangan dari kelompok muda. Ada perbedaan visi antara kelompok tua yang diawaki Alimin dengan kelompok muda yang dimotori DN. Aidit. Perbedaan ini semakin menguat dengan munculnya friksi di kedua kubu, yang menjelma menjadi perebutan pengaruh.

Pada 7 Januari 1951 terjadi suksesi DN. Aidit terhadap kepemimpinan tua. Alimin dijungkal. Habis sudah perannya sebagai tokoh utama. Posisinya di politbiro pun digusur dengan alasan Alimin terganggu kesehatannya pada Oktober 1953. Setelah itu PKI menjalankan garis politik dengan cara memobilisasi kekuatan massa dan pengorganisasian.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Wadah Prajurit di Kancah Politik

14 July 2008

Pasca kemerdekaan Indonesia usai dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, kondisi negara yang baru terbentuk ini labil. Indonesia yang baru terbentuk belum diakui kedaulatannya oleh lain-lain negara, terutama oleh sang penjajah, Belanda. Medio 1945-1950 Indonesia harus menghadapi serangkaian peristiwa yang harus dihadapi dengan perjuangan fisik melawan Nederlandsche Indies Civil Administration (NICA) yang membonceng tentara sekutu.

Demi menghadapi NICA itulah maka pemerintah Indonesia membentuk organisasi kelaskaran dengan beragam bentuk, corak dan susunannya. Seperti: Tentara Republik Indonesia (TRI), Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), Angkatan Darat Republik Indonesia (ADRI). Selain organisasi kelaskaran yang dibentuk pemerintah ada pula organisasi kelaskaran yang dibentuk secara mandiri. Salah satunya adalah Barisan Pembrontakan Rakjat Indonesia (BPRI) yang dipimpin oleh Sutomo atau yang lebih akrab dipanggil Bung Tomo. Tujuan utamanya adalah untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sudah dicapai.

Setelah kedaulatan negara Indonesia diakui oleh Belanda pada 1949, praktis organisasi-organisasi kelaskaran mulai menyatu dengan organisasi-organisasi kelaskaran milik pemerintah. Apalagi Tentara Nasional Indonesia (TNI) sendiri sudah terbentuk dan organisasi bersenjata di luarnya otomatis tidak diperbolehkan. Dengan demikian orang-orang yang bernaung di dalam organisasi bersenjata itu mengubah cara dan bentuk perjuangan mereka ke arah politik praktis yang memperjuangkan aspirasi politik mereka. Pemerintah pun telah membuat kebijakan tertanggal 3 November 1945 yang memaklumkan izin tentang pendirian partai politik.

Oleh karena itu BPRI yang merasa cita-citanya belum tercapai segera mengarahkan organisasinya ke bentuk partai politik. Tiga faktor yang membuat BPRI merasa perlu terjun ke arena politik. Faktor-faktor tersebut adalah soal proklamasi 7 Agustus 1945, soal nasib yang hanya jadi bola permainan orang lain dan mempertahankan diri bersama-sama rakyat yang senasib. Berdasarkan tiga faktor itulah, atas prakarsa pucuk pemimpin BPRI yaitu Bung Tomo, Partai Rakjat Indonesia (PRI) didirikan pada 20 Mei 1950 sewaktu berlangsung musyawarah kaum pejuang (Barisan Djaja Kesuma Kalimantan, Pemberontakan Rakjat Banten, dan lain-lain) di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Selama ini rakyat buta terhadap politik, mereka hanya ikut para petinggi negara menyangkut kebijakan-kebijakan politik. Oleh sebab itu partai yang memiliki basis massa kaum pejuang militan ini memandang perlu adanya sinergi antara rakyat yang buta politik dengan kaum intelek, dalam hal ini para pejuang. Hal ini untuk menumbuhkan kesadaran politik pada rakyat dan untuk mempercepat terlaksananya pembangunan negara. Dengan demikian PRI mendasarkan basis perjuangannya pada kekuatan massa rakyat yang memiliki kesadaran tentang politik dan mampu diorganisir secara massal.

Pada Pemilihan Umum (Pemilu) 1955 untuk merebutkan kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), PRI hanya memperoleh suara sebanyak 206.161 atau sebesar 0,55% untuk 2 kursi di DPR. Sedangkan pada Pemilu 1955 untuk memperebutkan kursi anggota konsituante, PRI hanya mendapatkan suara sebesar 134.011 atau sebesar 0,35% untuk 2 kursi sebagai anggota konstituante. (Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Partai Merah di Bumi Indonesia

Darah itu merah jenderal! Demikian ungkapan yang diucapkan salah seorang anggota PKI dalam film G/30/S/PKI. The Bloody Tragedy terakhir yang membentuk citra partai ini menjadi buram hingga kini. Sejarah telah mencatatnya, setidaknya ada tiga peristiwa yang terjadi atas nama partai ini, adalah pemberontakan PKI 1926/1927, pemberontakan PKI 1948 di Madiun, dan terakhir pemberontakan PKI 1965 yang terkenal dengan sebutan G-30/S/PKI. Nampaknya citra The Bloody Tragedy memang sudah lekat meresap pada partai yang berdasarkan paham komunis ini.

Cikal bakal partai ini bermula dari saat kedatangan Sneevliet—seorang anggota SDAP (Partai Sosialis di Belanda) ke bumi Hindia Belanda medio 1913-1914. Di mana ia kemudian mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV), menyusupkannya ke dalam tubuh Sarekat Islam (SI) dan membuatnya pecah menjadi SI putih dan SI merah. Perpecahan ini berbuntut dengan dihelatnya kongres ISDV di Semarang pada Mei 1920, yang mengumumkan penggantian nama partai menjadi Partai Komunis Hindia (PKH). Kongres menetapkan pula Semaun menjadi Ketuanya. Selang empat tahun berikutnya, pada 1924 nama PKH berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

PKI merupakan partai yang berjiwa radikal dan revolusioner. Jiwa keradikalan dan revolusioner partai ini dibuktikan dengan melakukan serangkaian pemberontakan melawan pemerintah kolonial di daerah Jawa Barat dan Sumatera Barat. Di samping sekaligus mengumumkan terbentuknya sebuah republik. Sayangnya pemberontakan ini berhasil ditumpas pemerintah. Ribuan kadernya dibunuh lainnya dibuang ke Boven Digul. Pada 1927 pemerintah kolonial melarang partai ini bersama ideologinya. Sisa anggota yang selamat hanya bisa bergerak underground hingga kemerdekaan Indonesia berkumandang. Setelah itu PKI muncul kembali pada 1945, setelah dikeluarkannya maklumat mengenai pendirian partai tanggal 3 November 1945. Muso yang naik jadi ketua berhasil menggalang kekuatan massa PKI kembali.

Tiga tahun kemudian, yaitu pada 18 September 1948, terjadi kongkalikong antara Indonesia-Amerika. Indonesia takkan bisa berdaulat jika parlemen masih diisi oleh orang-orang kiri. Maka terjadilah upaya penekanan terhadap orang-orang di partai ini. PKI pun melakukan perlawanan. Upaya ini dianggap sebagai upaya pemberontakan. Banyak anggota PKI ditangkap dan Muso mati tertembus peluru aparat. Sisanya kocar-kacir bersembunyi di berbagai daerah. Selama beberapa saat gerak langkah PKI berhenti, namun setelah keluar pernyataan yang diumumkan oleh Mr. Soesanto Tirtoprodjo selaku Menteri Kehakiman (4 September 1949), para anggota PKI baru berani keluar dari tempat persembunyiannya.

Salah satu orang yang keluar adalah Alimin—seorang tokoh tua, yang kemudian diangkat menjadi ketua PKI pengganti Muso. Ia kemudian yang mengumpulkan anggota-anggotanya yang cerai berai. Menggalang persatuan dan membentuk kader-kader yang berkualitas. Ia merupakan tokoh penting pasca pemberontakan Madiun itu. Di tangannya citra buruk PKI berangsur-angsur dihilangkan. Namun langkahnya diganjal oleh D.N. Aidit dari kelompok muda, yang menganggapnya bekerja terlalu lamban. PKI terkenal revolusioner dan Aidit ingin mempertahankan hal tersebut. Pada 7 Januari 1951 Alimin digusur oleh D.N. Aidit.

Ketika PKI berada di dalam genggamannya, jiwa partai kembali berubah. PKI berjalan dengan demikian revolusioner cepatnya. Pertengahan 1951 PKI memprakarsai sejumlah pemogokan buruh. PKI diganjal kembali oleh pemerintah. Namun hal tersebut bersifat sementara, renggangnya hubungan Masyumi dengan PNI, membuat PKI mendekati PNI untuk memperoleh dukungan pemerintah. Sejak saat itu basis massa PKI berkembang dengan sangat cepat. Jumlah 3.000-5.000 anggota (1950) membengkak menjadi 165.000 dalam waktu empat tahun (1954). Pada 1959 naik lagi menjadi 1,5 juta jiwa. Pada pemilu 1955, PKI berhasil memperoleh 16 persen suara dan masuk dalam daftar empat besar partai besar pada waktu pemilu.

Selama rentang waktu 1955-1964 PKI mendapat banyak kemajuan. Pada 1965 jumlah massa PKI meningkat menjadi 3 juta jiwa. Partai ini kemudian ditahbiskan sebagai partai komunis terkuat di luar Uni Soviet dan Tiongkok. Pada 1962 PKI menggabungkan dirinya sebagai bagian dari pemerintah. Beberapa orangnya sempat menjabat di pemerintahan. Namun usaha ini terjegal, menjelang berakhirnya masa kekuasaan Soekarno, PKI kembali terlibat tragedi berdarah yang dikenal dengan pemberontakan G/30/S/PKI. Setelah jatuhnya kekuasaan Soekarno dan naiknya Soeharto, partai ini dilarang muncul kembali berdasarkan keputusan TAP MPRS/1966. Hingga kini perdebatan mengenai kontroversi partai ini masih berlangsung seru.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Perang Dunia II: Jepang Kalah

07 March 2008

Perombakan yang terjadi pada era restorasi Meiji, membuahkan hasil teramat penting dalam sejarah Jepang. Pasca restorasi, Jepang seolah memiliki suatu kekuatan nihil melewati batas kekuatan Asia. Muncul invasi ke kawasan benua Asia yang jargonnya membentuk Asia Timur Raya. Satu cita-cita Jepang membentuk kawasan persemakmuran bersama terhadap negeri-negeri Asia yang ditindas sekutu melalui fasisnya. Pada akhirnya invasi ini memuncul konflik, yang kemudian lebih sering terdengar oleh telinga kita yang lazim disebut perang Pasifik.

Hal ini telah dipicu dari banyak pengaruh, khususnya pengaruh western (Amerika Serikat) terhadap Jepang sekitar tahun 1850-1890. Tahun 1890, para pemimpin Meiji berhasil mengubah kekuasaan untuk merundingkan kembali perjanjian yang berbeda dengan Barat, mengembalikan persamaan penuh secara diplomatik ke Jepang. Hak ekstrateritorial berakhir di tahun 1899, dan perjanjian tahun 1910. Para pemimpin Meiji yang mencari penopang-penopang (struktur) dari dunia internasional, kemudian mereka mensinkronkan dengan membangun suatu kerajaan kolonial. Alasan mereka menggabungkan dua bentuk pemerintahan ini: Pertama, di dalam iklim yang kompetitif dari kekaisaran global, mereka ingin meningkatkan keamanan nasional Jepang dengan membangun suatu wilayah koloni bertahan. Sebagai tambahan saja, “dibudayakan” negara-negara, seperti dan Inggris Perancis, memiliki kerajaan kolonial, sehingga pengadaan jajahan.
Bidang pendidikan dan teknologi berubah pada masa tersebut, yang merupakan bidang-bidang penting dalam tahap perkembangan Jepang selanjutnya. Pemerintah era restorasi Meiji banyak mengirimkan orang-orang Jepang untuk belajar kepada dunia Barat. Setelah mereka berhasil mendapatkan keilmuan yang diinginkan, mereka kemudian kembali ke Jepang dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapatkan sewaktu merantau di Barat.

Invansi Jepang terhadap dunia terjadi sekitar abad ke-19. setelah sebelumnya berhasil mengalahkan Russia di tahun 1905, Jepang lantas membuat gebrakan baru untuk membuat suatu dunia baru di Asia, yaitu Kawasan Persemakmuran bersama Asia Timur. Hal ini dimaksudkan demi satu rangkaian peperangan yang memperluas kendalinya atas tanah daratan Asia. Dengan permulaan Perang dunia II di tahun 1939, Jepang mempunyai suatu cukup besar kerajaan di Asia Timur. Pada 7 Desember 1941, Jepang membuat suatu militer utama mendorong ke dalam Bagian tenggara Asia dan Pasifik, yang secara serempak meluncurkan suatu serangan melawan terhadap Amerika Serikat. Kerajaan Jepang mencapai klimaks tertingginya di tahun 1942. Setelah itu, Sekutu kekuatan militer mulai untuk mendorong Jepang Punggung ke arah pulau rumah mereka. Jepang hilang semua dari wilayah koloninya setelah kekalahannya dalam Perang dunia II. Akhirnya, merasakan penuh kekayaan negara dan kekuatan mereka sendiri, banyak Jepang merasa bahwa mereka mempunyai suatu misi modernisasi tersebar antar tetangga Asia mereka.

Akhir Juli 1945, Jepang menolak Potsdam Deklarasi, suatu permintaan dipadukan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat atau muka mengucapkan pembinasaan, Amerika Serikat memutuskan untuk menggunakan senjata atomis barunya. Pada 6 Agustus, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom yang pertama atas Jepang di kota besar Hiroshima. Dua hari yang kemudiannya, perserikatan Soviet mengumumkan peperangan kepada Jepang, dan pada 9 Agustus, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom II pada kota besar Nagasaki, yang berhadapan dengan situasi sia-sia seperti itu, Kepemimpinan Jepang Kepemimpinan akhirnya disetujui menyerah pada 14-15 Agustus terhadap Jepang. Jepang Kaisar Hirohito, berbicara atas nama pertama kali di radio, menyiarkan kabar kepada bangsanya.

Setelah pengeboman yang terjadi di tahun 1945 di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang bertekuk lutut di tangan sekutu dan berakhirlah perang dunia II. Amerika Serikat, salah satu lawan Jepang dalam perang Pasifik, menduduki Jepang dari segi kemiliteran dan ekonomi dengan mengendalikan pelbagai kebijakan dari 1945 ke 1952. Pada mulanya, otoritas jabatan pendudukan memeluk demokratisasi ekonomi sebagai prioritas pertama mereka. Mereka memperkenalkan land reform dan mengijinkan para pekerja untuk membentuk serikat pekerja. Mereka juga menghancurkan zaibatsu, dimana 40 persen dari semua hak kekayaan perusahaan Jepang. Di tahun 1950, bagaimanapun, zaibatsu sedang memperbaiki diri. Kelompok perusahaan afiliasi ini kini disebut Keiretsu, dan bank berdiri di belakang mereka.

Secara de facto Jepang menyerah kepada sekutu tanggal 2 September 1945, Musuh Jerman di dalam Perang Dunia I menempatkan negeri ini di bawah kendali angkatan perang Amerika Serikat. Dunia internasional bersekutu membentuk suatu Dewan untuk Jepang, duduk di Tokyo, diciptakan untuk membantu Orang Amerika, mengetuai pemutusan dari kolonial Jepang Kerajaan dan pembubaran dari semua Jepang angkatan laut dan Militer. Di 1946, kesatuan 11 negara pengadilan dikumpulkan di Tokyo untuk mencoba sejumlah Jepang para pemimpin masa perang, mencakup Tojo, karena kejahatan peperangan. Pendudukan dikarenakan kebijaka Amerika sangat ingin menguasai lebih dari suatu demilitarisasi Jepang. Itu diarahkan pada membinasakan yang sosial, politis, dan kondisi-kondisi ekonomi yang telah buat Jepang suatu bangsa agresor, dan Jepang menjelmakan diri ke dalam suatu bangsa demokratis tenang yang tidak pernah akan lagi mengancam damai dunia atau tetangganya. Di bawah Amerika Serikat, Douglas Macarthur, pemimpin yang tertinggi untuk kuasa-kuasa yang dipadukan, Jepang diperlakukan kepada paling menyapu program perubahan mereka telah mengalami sejak restorasi Meiji.
Demokratisasi politis memusat pada suatu konstitusi ditinjau kembali, diumumkan secara resmi tahun 1947. Konstitusi yang baru melepaskan kaisar dari kuasa-kuasa mahabesar mewariskan kepadanya konstitusi Meiji, pembuatan dia sebagai ganti lambang dari Jepang pembatasan dan Bangsa pejabat nya berfungsi ke sebagian besar peraturan adat tugas-tugas. Menempatkan Nasional Diet, yang tadinya Diet kerajaan, di pusat dari proses politik. Konstitusi memperlengkapi suatu British-Style sistem parlementer, dengan suatu lemari yang dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Orang yang mempunyai hak pilih diperluas untuk meliputi semua orang dewasa, mencakup wanita-wanita. Konstitusi juga menjamin sipil dasar dan hak politis, mencakup sejumlah hak bukan tercakup di konstitusi Amerika Serika, seperti hak tenaga kerja untuk menawar secara bersama. Hanyalah artikel yang paling radikal konstitusi yang baru adalah Artikel 9, di bawah Jepang yang mana meninggalkan peperangan dan penggunaan kekuatan untuk mengatasi perselisihan internasional, dan dijanjikan tidak untuk memelihara daratan, laut, atau angkatan udara untuk akhir itu. Walaupun ini “konstitusi damai” mula-mula membuat garis besar di dalam Bahasa Inggris oleh pejabat jabatan;pendudukan Amerika, diperdebatkan dan disahkan oleh Jepang Diet.

Untuk membangun suatu dasar pedesaan untuk demokrasi, pejabat jabatan;pendudukan mempromosikan suatu land reform program yang mengijinkan petani penyewa untuk membeli daratan yang mereka bertani. Di dalam kota besar, jabatan;pendudukan mendukung pertumbuhan dari suatu serikat buruh pergerakan aktip. Pada akhir 1946 sekitar 40 persen angkatan kerja industri Jepang dibentuk kelompok. Untuk memperlemah kuasa sumber usaha besar, jpendudukan mengadopsi suatu program dari dekonsentrasi ekonomi, menghancurkan yang besar menimbun zaibatsu dikenal sebagai. Otoritas pendudukan juga membersihkan masyarakat bisnis para pemimpin dipikirkan itu semua untuk mempunyai dibantu dengan kepercayaan kuat organisasi tentara masa perang.

Pada keseluruhannya, Jepang menyambut perubahan ini. Orang Amerika mendukung suatu atmospir dari diskusi dan debat publik cuma-cuma pada hampir segala macam isu, dari politik ke perkawinan ke hak-hak wanita. Setelah tahun tentang pemeriksaan masa perang dan kendali dipikirkan, kebanyakan orang Jepang menghargai kebebasan baru mereka. Pada mulanya Orang Amerika juga mendukung kemunculan suatu hal penting dan sayap kiri aktip, mencakup suatu Jepang sah tentang undang-undang pihak komunis, di dalam harapan bahwa itu akan main peran suatu oposisi demokratis kuat.

Meskipun demikian, pesta konservatif, dengan agenda yang diarahkan pada pembangunan lagi ekonomi Jepang dan memperkuat posisi internasionalnya, mendominasi politik domestik di dalam Jepang sehabis perang. Setelah pemilihan sehabis perang yang pertama, tahun 1946, politikus konservatif Yoshida Shigeru menjadi perdana menteri. Bersifat memecah belah di dalam yang konservatif tergolong memberi suatu kemenangan pemilihan kepada orang sosialis Jepang di tahun 1947, tetapi di tahun 1948 Yoshida kembali ke menggerakkan, melanjutkan untuk bertindak sebagai perdana menteri sampai 1954.

Pendudukan sekutu terhadap Jepang mengandung inti: hegemoni Amerika Serikat dalam perang dengan Korea. Jepang dijadikan Amerika untuk meredam kekuatan komunis Korea pasca perang dunia II berakhir, yang dianggap sebagai rival terbesar kekuatan Amerika saat itu. Korea Utara, yang tercantum dalam daftar negara-negara sponsor terorisme, diduga telah menimbun cukup plutonium untuk membuat satu atau dua bom atom serta ribuan ton senjata kimia dan biokimia. AS mempertahankan 37.000 pasukan di Korea Selatan untuk menakuti Korea Utara. Pasukan itu juga dinilai sebagai pembenaran dari Perang Korea 1950-1953, yang berakhir tanpa sesuatu perjanjian perdamaian. Pada masa sekarang ini, kedua Korea itu dipisahkan oleh salah satu perbatasan bersama, yang paling kuat dipersenjatai di atas muka bumi ini.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Mempertahankan Bendera

02 March 2008

Bersama Djandji kemerdekaan kita,
Si Merah Poetih megah Melambai,
Lambang perdjoeangan kesatria bangsa,
Mentjipta kemerdekaan Indonesia permai.

'Arif kami poetera tanah aor,
Arti lambaian si Merah Poetih,
Meminta semangat panas mendidih,
Timboenan toelang, darah mengalir.

Dari pada bendera kebangsaan wathan,
Dipidjak moesoeh, rebah kembali, Kami rela mendjadi koerban,
Darah perwira mentjeloep boemi.

Biarlah kami pemoeda kini,
Ta' melihat wadjah 'ndonesia merdeka,
Asalkan tiang bendera bangsa,
Tertantjap diatas majat kami.


S. Ranggasela

Perak-Melajoe 12-2604
Continue Reading...

Ekspansi Jepang dan Wilayah Taklukkan di Asia

23 January 2008

Jepang memang negeri yang makmur sekarang. Sebuah negara industri maju yang dalam persaingan global mampu merangkak naik, berusaha mengimbangi eksistensi global Amerika. Namun, fakta sejarah selalu saja masih membayangi negara ini. Catatan sejarah kejahatannya dalam perang dunia II, tak mampu dihapuskan begitu saja, khususnya bagi negara-negara kawasan Asia Tenggara yang pernah dijajah Jepang. Ingatan kolektif manusia--yang hidup pada masa penjajahan Jepang, masih selalu mengingat sejarah ini.

Sisi kelam Jepang yang tak dapat diabaikan. Sebut saja Cina, Indonesia, merupakan salah satu dari beberapa negara yang pernah merasakan pahitnya terkungkung dalam masa penjajahan Jepang. Bukan saja meninggalkan kekerasan politik-ekonomi, rambahan Jepang telah mencapai eksploitasi budak-budak wanita. Jepang pernah mengorganisir perdagangan wanita untuk memuaskan nafsu para tentara yang berada di garis depan. Atau yang lebih dikenal dengan Iugun Ganfu (“pekerja seks komersial”).

Sebelum mengorganisir perdagangan budak wanita di Indonesia, Jepang pernah melakukan hal serupa di Cina. Namun karena kurangnya koordinasi, banyak tentara Jepang yang terkena penyakit kelamin. Ketika Jepang mendirikan kekuatan militer di Indonesia, maka kesalahan masa lalu mereka diperbaiki. Pemerintah pusat yang berada di Jepang memberikan mandat kepada para pemerintah militer setempat untuk mengorganisir massa wanita untuk dijadikan budak seks.

Kisah Nanking
Musim dingin, 9 Desember 1937, secara besar-besaran pasukan Jepang menyerang kota Nanking, Cina. Pada 12 Desember 1937, tentara Cina berhasil dipukul mundur. Mereka memutuskan untuk mundur ke sisi lain di sungai Yang Tse. Pada 13 Desember 1937, pasukan 6 dan 116 divisi pertama angkatan bersenjata Jepang berhasil memasuki kota besar. Di waktu yang sama, Divisi 9 angkatan bersenjata Jepang menjebol pertahanan di Gerbang Guanghua. Sementara itu, Divisi 16 masuk lewat Gerbang Zhongshan dan Gerbang Pasifik. Kemudian sore harinya, armada laut Jepang telah tiba dan menjatuhkan sauh di sisi-sisi Sungai Yangtse. Hari itu juga, Nanking tumbang ke tangan Jepang.

Kejatuhan Nanking hanyalah awal. Enam minggu berikutnya, terjadi pembunuhan besar-besar di Nanking. Tak hanya itu para tentara memperkosa wanita-wanita di sana. Fakta menyebutkan, selama masa pendudukan itu kurang lebih 300.000 tentara Cina dan orang-orang sipil tewas, dan jumlah minimum yang berhasil didokumentasikan: kurang lebih 20.000 wanita diperkosa tentara Jepang. Masa ini Jepang melakukan litani atrocities orang sipil tidak bersalah melawan, pelaksanaan shock psikis seperti memerkosa, merampas dan membakar. Sangat mustahil untuk mendokumentasikan secara terperinci mengenai kejadian tersebut, yang jelas fakta-fakta mengerikan ini tak dapat dibantah.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Freddie Mercury, Si “Melambai” Bersuara Emas

09 January 2008

Siapa tak kenal lagu-lagu semacam We Are The Champions, Bicycle, Bohemian Rhapsody, dan banyak hits Queen lainnya yang masih terkenal hingga kini. Ya, dialah Freddie Mercury, sang maestro pencipta lagu-lagu legendaris tersebut sekaligus dedengkot band Queen. Dengan nama asli Farrokh Bulsara, Mercury lahir pada 5 September 1946 di Stone Town, Zanzibar, dari pasangan Bomi dan Jer Bulsara.

Is this the real life
Is this just fantasy
Caught in a landslide
No escape from reality
(Bohemian Rhapsody/Queen/Freddie Mercury)

Pada usia 8 tahun, Freddie dikirim ke India untuk masuk di Sekolah St. Peter’s, sekolah khusus anak lelaki di dekat Bombai. Di negeri Bolywood, Freddie yang mempunyai adik perempuan bernama Kashmira, tinggal bersama nenek dan bibinya. Kala sekolah di India itulah bakat musiknya sudah mulai kentara dan terasah. Bersama teman-teman sejawatnya, Freddie membentuk band sekolah bernama Hectics. Freddie sendiri memainkan piano dalam formasi band ini. Saat usianya 17 tahun, Freddie dan keluarganya hijrah ke Feltham, London. Di Inggris, ia seperti menemukan dunia baru. Freddie jadi kerap bergonta-ganti band, itulah yang memberikan banyak perubahan berarti dalam naluri bermusiknya.

Pada 1969, Freddie mendirikan sebuah band bernama Ibex, yang beberapa saat kemudian berganti nama menjadi Wreckage. Tak bertahan lama, band ini lantas membubarkan formasinya. Setelah Wreckage tutup buku, Freddie bergabung dengan band Milk Sea, kendati juga tak bertahan lama. Awal 1970-an, band ini bubar. Baru pada April 1970, ketika bertemu seorang gitaris bernama Brian May dan Roger Taylor sang penabuh drum, Freddie seolah menemukan soulmate-nya dalam bermusik. Bersama kedua orang itu terbentuklah band bernama Smile, inilah cikal-bakal dari Queen. Belakangan baru terkuak rahasia nama Queen diambil lantaran Freddie adalah seorang gay. “I was certainly aware of the gay connotations, but that was just one facet of it,” ungkapnya.

Musikalitas Freddie terpengaruh dari pelbagai macam musik yang pernah didengarnya waktu kecil. Sebut saja, ia pernah mengidolakan Lata Mangeshkar, seorang penyanyi Bollywood yang amat terkenal waktu itu. Juga John Lennon dari The Beatles, Led Zeppelin, serta Jimi Hendrix,.

Mengenai Jimi Hendrix, ia berpendapat, “Jimi Hendrix is very important. He's my idol. He sort of epitomizes, from his presentation on stage, the whole works of a rock star. There's no way you can compare him. You either have the magic or you don't. There's no way you can work up to it. There's nobody who can take his place.”
Freddie juga sangat mengagumi Liza Minnelli. “One of my early inspirations came from Cabaret. I absolutely adore Liza Minnelli, she's a total wow. The way she delivers her songs-the sheer energy, “ katanya tentang sang biduan.

Salahsatu ciri khas Freddie –ini sangat memengaruhi lagu-lagu Queen– adalah nada-nada yang digunakannya. Dalam menciptakan tembang, Freddie termasuk seorang musisi ciamik, mampu menempatkan unsur-unsur teater dalam lagu-lagu ciptaannya yang kemudian menjadi hits Queen. Simak saja Bohemian Rhapsody, tak ada band rock yang melodinya naik-turun, dari tinggi menuju rendah, dari rendah menuju tinggi secara “brutal” seperti yang dimainkan Queen.

Namun sangat disayangkan, Freddie meninggal dalam usia muda. Pada 24 November 1991, tepat saat umurnya mencapai 45 tahun, Freddie Mercury hembuskan nafas terakhir akibat penyakit AIDS menggerogoti tubuhnya. Padahal, usianya bisa dikatakan masih cukup mumpuni untuk berkarya lebih. Toh begitu, tetap saja Freddie meninggalkan sesuatu yang hebat yang bisa dikenang umat manusia, khususnya para pecinta musisi rock, yang masih memainkan musiknya hingga kini.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Abdurrachman Baswedan

24 October 2007

Khazanah pers sejarah Indonesia telah mencatatnya sebagai salah seorang yang memiliki peran di kancah percaturan pers Indonesia dalam zaman pergerakan dan masa setelah Indonesia merdeka. Orang tersebut adalah Adurrahman Baswedan. Seorang pria kelahiran Bangil, Jawa Timur, 18 September 1908. Baswedan mempunyai darah keturunan Arab. Karakternya khas; sebagai manusia yang dilahirkan zaman pergerakan, dia cepat panas dan penuh vitalitas. Pendidikan formalnya ditempuh di Madrasah, Ampel, Surabaya dan IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta namun tidak rampung, tahun 1971.

Baswedan merupakan seorang jurnalis terkemuka dalam memainkan peranannya dalam mengusung tema persamaan antara orang-orang peranakan Arab dan orang-orang pribumi dalam masyarakat Indonesia yang luas. Pandangannya luas sebagai seorang jurnalis maupun politikus yang memainkan peranan di zaman pergerakan. Baswedan merupakan sosok unik yang pernah ada dalam sejarah Indonesia yang muncul diantara masalah masyarakat keturunan Arab.

g...Baswedan's life and career form a unique entry in the history of the problems that the Hadhrami community has experienced, both in the Dutch East Indies and in Indonesia.”
Sejak berusia 17 tahun, pada tahun 1925, Baswedan masuk Islam sebagai mubaligh Muhammdiyah, menyebarkan luaskan ajaran ke-Muhammadiyah-an serta ke-Islam-an Pula mencatatkan dirinya sebagai anggota Jong Islamieten Bond, sebuah organisasi pemuda Islam Indonesia terpelajar. Salah satu peran yang diakui memiliki pengaruh dalam arah perubahan sejarah bangsa Indonesia adalah ketika A.R Baswedan ini mendirikan PAI (Partai Arab Indonesia) di tahun 1934. Partai PAI ini secara tegas memberikan ajaran bagi para anggotanya bahwa Indonesia adalah tanah tumpah darah.

Sebagai seorang pendobrak pada masanya, Baswedan menyadari penyebaran gagasan yang efektif dapat dilakukan melalui surat kabar, baik majalah maupun koran. Intinya melalui tulisan. Karena itu pulalah, pada tahun 1932, Baswedan masuk salah satu jajaran anggota redaksi harian Tionghoa-Melayu di Surabaya, yaitu Sin Tit Po. Pimpinan Sin Tit Po bernama Liem Koen Hian, seorang peranakan Tionghoa yang sepaham dengan jalan pikirnya. Yaitu bahwa tempat kaum peranakan bukanlah di negeri leluhur sana, melainkan di Indonesia ini.

Antara rentang waktu 1932-1934, Baswedan beberapa kali keluar-masuk dunia redaktur surat kabar. Setelah keluar dari Sin Tit Po karena sudah tidak ada lagi kecocokan paham. Bersama Tjoe Tjie Liang dan Sjahranmual, Baswedan masuk ke harian Soeara Oemoem milik PBI (Persatuan Bangsa Indonesia, yang didirikan dr. Soetoemo) di Bubutan Surabaya. Para anggota yang baru bergabung di Soeara Oemoem tersebut dimanfaatkan untuk menulis mengenai nasionalisme yang dicita-citakan PBI. Cita-cita nasionalisme PBI itu sama dengan jalan pikiran Baswedan dan Liem Koen Hian; yakni kerjasama antar sesama bangsa Indonesia tanpa mempedulikan keturunan dan agama.

Selepas dari Soeara Oemoem, karena masalah kesehatan Baswedan hijrah ke Kudus, kemudian setelah sembuh pergi kembali ke Semarang. Sesampainya di sana, dia terjun kembali dalam dunia jurnalistik di surat kabar Matahari, sebuah harian yang isinya mendukung pergerakan nasionalisme dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Harian Matahari ini juga dipimpin oleh seorang peranakan Tionghoa bernama Kwee Hien Tjiat.

Semenjak muda Baswedan sudah memiliki keyakinan dan pendirian, bahwa tempatnya bukan dimana-mana kecuali di bumi Indonesia ini. Dan dia merasa Indonesia tempat dia dilahirkan; tempat dia hidup, dan Indonesia pula tempatnya berpulang. Oleh sebab itu, semangat hidupnya selalu diarahkan kepada perjuangan nasionalisme Indonesia.

Tanggal 1 Agustus 1934, harian Matahari Semarang memuat tulisan Baswedan tentang nasionalisme orang-orang peranakan Arab. Ia mengimbau orang-orang keturunan Arab agar bersatu membantu perjuangan Indonesia. Ia mengajak keturunan Arab, seperti dirinya sendiri, menganut asas kewarganegaraan ius soli. ''Di mana saya lahir, di situlah tanah airku,'' kata lelaki itu. Abdur Rachman Baswedan memang peranakan Arab, walau lidahnya pekat Jawa, bila berbicara. Dalam artikel itu terpampang foto Baswedan mengenakan blangkon. Karena ulahnya itu, orang-orang Arab─ketika itu terjadi pertikaian antara kelompok Al Irsyad dan Rabitah Alawiyah─berang padanya.

Pada Oktober 1934, setelah pemuatan artikel yang menghebohkan itu, ia mengumpulkan para peranakan Arab di Semarang. Lalu berdirilah Partai Arab Indonesia (PAI), dan Baswedan diangkat sebagai ketua. Sejak itu ia tampil sebagai tokoh politik. Harian Matahari pun ditinggalkannya. Padahal, ia mendapat gaji 120 gulden di sana, setara dengan 24 kuintal beras waktu itu. ''Demi perjuangan,'' katanya. Sebagai ketua PAI, Baswedan pindah ke Jakarta dan menerbitkan majalah Sadar. Majalah Sadar menanamkan pemahaman rasa kebangsaan di kalangan kaum peranakan Arab.

Sadar mampu bertahan hampir satu dekade kemudian ketika Jepang mendirikan pemerintahan militernya di Indonesia. Sama halnya dengan nasib surat kabar-surat kabar lainnya, Sadar menjadi korban pembredelan pemerintah militer Jepang. Selama masa pendudukan Jepang, pada awalnya Baswedan masih aktif menulis di koran Pemandangan sebelum akhirnya berganti nama menjadi Pembangun, yang pada akhirnya terpaksa bergabung dengan Asia Raya. Pada masa itu organisasi yang ada hanyalah Jawa Hookokai, Himpunan Kebaktian Rakyat seluh Jawa, dan Baswedan diangkat oleh Jepang sebagai anggota. Sesaat sebelum mundurnya Jepang di tanah air akibat serangan sekutu di Hiroshima dan Nagasaki, Baswedan diangkat menjadi anggota Chuoo-Sangi-Kai, semacam dewan penasehat yang anggota-anggotanya diangkat oleh penguasa dan dipilih oleh Syuu-Sangi-Kai, yaitu dewan karesidenan.

Tahun 1945 kemerdekaan Indonesia di kumandangankan, Baswedan mendapat tempat sebagai ketua pusat KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat). Karena masyarakat telah melihat sumbangsih yang diberikannya ketika masih dalam alam penjajahan. Anggota KNIP ini pada mulanya berjumlah 45 orang, sampai akhirnya anggota KNIP Pusat tadi menjadi Parlemen. Baru setahun Indonesia merdeka, pada tahun 1946, Baswedan ditunjuk sebagai sebagai Menteri Muda Penerangan. Jabatan tersebut masuk dalam jajaran kabinet Syahrir ke-3 dari partai Masyumi. Namun belum sempat melakukan apa-apa, kabinet Syahrir telah bubar.

Sekalipun demikian, Baswedan kembali diangkat sebagai anggota misi diplomatik RI ke Timur Tengah tahun 1947. Misi ini untuk menggalang konsolidasi dan mengadakan hubungan diplomatik dengan negara-negara Timur Tengah. Sebagai anggota misi ini di bawah pimpinan Haji Agus Salim, dia berhasil menerobos blokkade pertahanan udara Belanda. Dengan hubungan yang berhasil terjalin, maka negara-negara di Timur Tengah mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Sebelum turun dari kancah perpolitikan di tahun 1955, Baswedan pernah menyandang dua jabatan yaitu sebagai anggota Parlemen dan anggota Konstituante.

Seusai tahun 1950, dia aktif mengemudikan majalah Nusaputra. Dan bersama seorang kawannya, Natsir, aktif mengelola mingguan Hikmah di Jakarta sekaligus juga menjadi kontributor tulisan di pelbagai mass media. Meskipun telah turun dari arena perpolitikan tetapi jiwanya sebagai seorang jurnalistik tidaklah surut. Seterusnya oleh redaksi Mertju Suar di Yogyakarta, dia diminta menjadi penasehat dan pembantu redaksi. Di samping tetap menjabat sebagai Ketua Dewan Dakwah Islamyah Indonesia Wilayah Yogyakarta.

Tidak sempat merampungkan autobiografinya, Abdur Rahman Baswedan meninggal dunia, dalam usia 78 tahun, pada Maret 1986. Di rumahnya di Jalan Taman Yuwono 19, Yogyakarta.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Si Kancil Kecil, Adam Malik

Adalah Adam Malik, seorang laki-laki dari Pemantang Siantar, Medan, Sumatra Utara yang lahir 22 Juli 1917. Sekitar tahun 1910-an merupakan dekade pertama pergerakan kebangsaan dalam arti yang sesungguhnya. Pada dekade ini muncul beberapa organisasi pergerakan yang memberikan dasar-dasar bagi pola-pola dan arus aliran pergerakan dua dekade berikutnya.

Terbentuknya Sarekat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Sarekat Islam, pendirian Boedi Oetoemo tahun 1908, serta IP (Indsische Partij) menguatkan indikasi tersebut. Di tengah-tengah suasana masa pergerakan inilah Adam Malik lahir ke dunia ini. Dan secara tidak langsung, mempengaruhi terbentuknya karakter Adam Malik yang memiliki watak keras dan cita-cita yang tinggi untuk menggapai impian.

Adam Malik memiliki ibu bernama Salamah Lubis dan ayah bernama Abdul Malik Batubara. Pada waktu itu, sebagai kaum pedagang orang tuanya tergolong orang kaya, sehingga dapat menyekolahkan Adam Malik di HIS (Hollandsch Inlandsche School). HIS merupakan sekolah rendahan Belanda Bumiputera di zaman Belanda, di mana diajarkan bahasa Belanda sejak kelas satu sampai kelas terakhir, kelas tujuh. Namun hanya sampai kelas lima saja, Adam Malik bersekolah HIS.

Walaupun Adam Malik tidak bersekolah lagi, setiap hari ia membantu ayahnya di toko. Selain pendidikan formal yang hanya sampai kelas lima, Adam Malik pernah masuk pesantren di Parabek, Bukittinggi. Masa kecilnya itu dihabiskannya dengan perbenturan langsung atas kehidupan keluarganya yang berkecukupan dengan kenyataan hidup kaum buruh perkebunan karet Pemantang Siantar. Sekitar tahun 1930-an, Sumatra dibanjiri oleh para buruh kontrak perkebunan karet. Saat itu, Abdul Malik memasok barangnya ke daerah perkebunan karet tersebut. Karena ketika gajian para buruh perkebunan tiba, mereka akan menghabiskannya untuk membeli keperluan. Saat itu Adam Malik turut serta bersama ayahnya. Persentuhan inilah yang membawa arti tersendiri dalam hati Adam Malik.

Adam Malik melihat kenyataan bahwa para buruh tersebut, meskipun menerima gaji, mendapatkan tekanan batin dan menderita fisiknya. Hal tersebut mengingatkannya pada ajarannya Haji Mucthar Lutfi dari PERMI (Pergerakan Muslim Indonesia) dan Rasuna Said (seorang tokoh pers Indonesia), pada waktu mengaji di Parabek dulu. Bahwa penindasan sesama manusia itu tidak dibenarkan oleh Tuhan dan ini mesti ditentang dan dihapuskan. Dalam proses sosialisasi politiknya, realitas kemiskinan ribuan kuli kontrak di Sumatra Timur, menggodanya untuk mempertanyakan mengapa ada hal seperti itu. Hal itu membawanya pada satu kata: penjajahan. Dengan demikian kata “penjajahan” (sebagai suatu konsep politik), segera masuk ke dalam pikirannya mendorongnya untuk lebih memahami maknanya dan akhirnya mendorongnya mengambil keputusan untuk terjun ke dunia politik.

Dalam jiwa muda Adam Malik, ia sudah terpikat beberapa ajaran dari tokoh favoritnya yaitu Ibrahim Gelar Sutan Malaka atau yang lebih dikenal dengan: Tan Malaka. Filsafat yang terkenal dari Tan Malaka adalah Materialisme-Dialektika. Tahun 1924, Tan Malaka (salah satu tokoh pergerakan yang ternama) membuat sebuah buku yang berjudul “Menuju Republik Indonesia”. Segera buku tersebut menjadi referensi kaum pergerakan di Indonesia. Tan Malaka memiliki arti tersendiri di mata Adam Malik dan kawan-kawan. Hal ini terbukti dengan dilahapnya bahan-bahan yang berasal dari PARI, yang dibentuk oleh Tan Malaka di Bangkok dengan tujuan membentuk Negara Indonesia Merdeka. PARI kemudian menjadi Proletaris Asia Republik Internasionale.

Setelah tahun 1927 membentuk PNI, tanggal Desember 1929, Sukarno dan tujuh pemimpin PNI lainnya dipenjarakan; September 1930 mereka diadili karena:
cikut serta dalam organisasi yang tujuannya melakukan kejahatan dan juga…dengan sengaja menyatakan diri mereka dalam kata-kata yang menganjurkan pengacauan ketertiban umum dan menumbangkan kekuasaan Hindia Belanda.

Hukuman yang dijatuhkan kepada mreka antara satu dan tiga tahun; Sukarno dihukum tiga tahun. PNI dinyatakan terlarang. Akan tetapi, ke depannya hukuman Sukarno dikurangi, pada tahun 1931, Sukarno dibebaskan dari penjara dan masuk kancah arena perpolitikan lagi. Partindo didirikan untuk menggantikan PNI yang telah dinyatakan terlarang. Dan pertengahan tahun 1933, Partindo telah mencapai jumlah 50 cabang dan 20.000 anggota.

Tahun 1931, sidang Dewan Rakyat (Volksraad) telah mengancam gerakan kebangsaan secara umum, sehingga akan menggunakan tangan besi dalam menghadapinya. Dua tahun kemudian, tanggal 1 Agustus 1933, dikeluarkanlah undang-undang yang kerap kali disebut Vergader Verbod. Pada intinya undang-undang tersebut isinya melarang para anggota masyarakat dalam bentuk apapun mengadakan musyawarah, rapat, diskusi secara terbuka tanpa izin dari pemeritah Hindia Belanda. Atas dasar itulah, tahun 1934, Adam Malik ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara selama dua bulan. Dalam suatu rapat di rumah Soetan Pangoerabaan Pane (ayah Sanusi Pane), yang dihadiri oleh tujuh orang undangan. Karena waktu itu Adam Malik menjabat ketua Partindo cabang Pemantang Siantar. Hal tersebut bisa dikatakan bahwa Adam Malik merupakan salah satu ancaman berbahaya bagi pemerintahan HindiaBelanda.

Sekeluarnya Adam Malik dari penjara, pada tahun itu juga, ia ke Jakarta. Di Jakarta, Adam Malik tinggal di bagian kota, yaitu di Buitentijgerstraar, tempat seorang kenalan yang juga pengikut Tan Malaka. Namanya Jahja Nasution yang mempunyai kantor Tata Usaha, yang pada akhirnya dibuang ke Boven Digul. Sekitar tahun 1936-an, pemerintah Hindia Belanda mengadakan penangkapan besar-besaran terhadap orang-orang yang dianggap aktif dalam organisasi PARI dan para pengikut Tan Malaka. Kembali Adam Malik terciduk dan merasakan pengabnya udara penjara, yang berada di Gang Tengah Salemba. Di sini Adam Malik bertemu seorang kawan yang kelak bersama-sama dua orang lainnya mendirikan Antara, bernama Pandoe Kartawigoena. Pandoe merupakan anggota Persatuan Pemuda Rakyat Indonesia (Pepri). Di tengah kegamangan suasana penjara dan persahabatannya dengan Pandoe, Adam Malik merencanakan membangun jaringan komunikasi yang dapat mencakup masyarakat luas.

Selepas keluarnya dari penjara, Adam Malik dan Pandoe Kartawigoena mulai mewujudkan idenya. Ditemuilah Djohan Sjahruzah, seorang mahasiswa hukum. Pertemuan ini membawa mereka mengadakan rapat di rumah Haji Agus Salim, di sanalah rencana tadi dimatangkan. Tepat tanggal 13 Desember 1937, Adam Malik, Soemanang, A.M Sipahoetar dan Pandoe Kartawigoena memproklamirkan berdirinya Antara. Nama Antara diambil dari salah satu surat kabar di Bogor, yaitu: Perantaraan. Meskipun, waktu pengambilan keputusan tersebut Adam Malik tidak hadir, dia tetap ditunjuk sebagai ketua. Antara berkantor di Buitentijgerstraar (yang kini menjadi jalan Pinangsia) No. 30 Jakarta Kota.
Sebelum kedatangan Jepang, tahun 1940-1941, Adam Malik aktif menjadi anggota dewan Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia). Ketika Jepang datang dan mendirikan pemerintahan militernya di Indonesia, Jepang membredel seluruh kantor radio yang ada di Indonesia. Satu-satunya yang diijinkan kantor radio yang bernama Domei, yang merupakan peleburan Antara. Ditunjuk untuk menjabat pemimpin utamanya adalah Adam Malik. Peran Adam Malik di dalam Domei adalah dalam pencaharian berita tentang situasi dan kondisi arah dari jalannya peperangan di Laut Pasifik dan bahan yang penting untuk diteruskan pejuang bangsa secara sembunyi-sembunyi.

Di zaman Jepang, Adam Malik aktif bergerilya dalam gerakan pemuda memperjuangkan kemerdekaan. Menjelang 17 Agustus 1945, bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, pernah melarikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memaksa mereka memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Demi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, ia menggerakkan rakyat berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta. Mewakili kelompok pemuda, Adam Malik sebagai pimpinan Komite Van Aksi, terpilih sebagai Ketua III Komite Nasional Indonesia Pusat (1945-1947) yang bertugas menyiapkan susunan pemerintahan. Selain itu, Adam Malik adalah pendiri dan anggota Partai Rakyat, pendiri Partai Murba, dan anggota parlemen.

Akhir tahun lima puluhan, atas penunjukan Soekarno, Adam Malik masuk ke pemerintahan menjadi duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Uni Soviet dan Polandia. Karena kemampuan diplomasinya, Adam Malik kemudian menjadi ketua Delegasi RI dalam perundingan Indonesia-Belanda, untuk penyerahan Irian Barat di tahun 1962. Selesai perjuangan Irian Barat (Irian Jaya), Adam Malik memegang jabatan Menko Pelaksana Ekonomi Terpimpin (1965). Pada masa semakin menguatnya pengaruh Partai Komunis Indonesia, Adam bersama Roeslan Abdulgani dan Jenderal Nasution dianggap sebagai musuh PKI dan dicap sebagai trio sayap kanan yang kontra-revolusi.

Bulan Mei 1950, Adam Malik dan Mochtar Lubis berangkat ke berbagai negara di Asia Tenggara, antara lain: Singapura, Malaya, Burma, Hongkong dan Philipina selama satu bulan. Perjalanan itu merupakan penjajagan, sebab tidak tiap Negara mempunyai kantor beritanya sendiri. Bulan Agustus 1951, usaha itu diteruskan oleh Adam Malik sediri beberapa waktu kemudian. Tujuan utamanya ialah Eropa. Maksud perjalanan: mengadakan hubungan dengan kantor-kantor berita di luar negeri dan dengan pers umumnya. Sejak tanggal 13 Desember 1962, status Antara sebagai lembaga langsung berada di bawah presiden diatur dengan SK presiden No. 37 tahun 1962; terhitung sejak 15 Oktober 1962 namanya menjadi Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara. Sejak 13 Desember 1962, dengan SK presiden No. 375 tahun 1962, Persbiro Indonesia (PIA) dilebur ke dalam Antara.

Sewaktu Antara dikuasai kaum Komunis, Adam Malik dikucilkan, tetapi sejarah mencatat bahwa akhirnya dia tetap diakui sebgai salah seorang sesepuh Antara. Sewaktu merayakan hari ulang tahunnya yang ke-41, pelbagai upacara peringatan diadakan di ruang pertemuan kantor wakil presiden. Di tahun 1970-an, Adam Malik sempat menjabat sebagai Ketua MPR/DPR 1977-1978 dan Wakil Presiden RI (23 Maret 1978-1983). Setelah mengabdikan diri demi bangsa dan negaranya, H.Adam Malik meninggal di Bandung pada 5 September 1984 karena kanker lever. Kemudian, isteri dan anak-anaknya mengabadikan namanya dengan mendirikan Museum Adam Malik. Pemerintah juga memberikan berbagai tanda kehormatan.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...