Hingga saat ini, aku belum punya SIM. Bukan lantaran mau sok-sokan dengan melawan hukum, tapi emang belum punya cukup doku untuk buat SIM. Bayangin, kalau "nembak" sekarang ini di Sleman bisa sampe 200-an ribu sampe 300-an ribu. Muahal kan? Sementara kalau "normal-normal" aja emang gak mahal, tapi biaya bolak-baliknya yang bisa menghilangkan kesempatan gue mendapatkan duit banyak (gaya banget dah ah).
Nah ada pengalaman lucu gue soal SIM ini. Begini suatu pagi, gue baru terima duit sebesar 15 ribu perak dari bulekku. Itu juga duit boleh bikin kotak tisu dari karton sebanyak empat biji. Dan di pagi itu, adalah hari gembiraku, sayang harus dirusak oleh kebiadaban polisi.
Di pagi yang ceria itu, kira-kira jam sepuluhan, gue cabut naik sepeda motor gue, terus aja menelusuri jalan solo. Kira-kira sampai di perempatan gejayan, harusnya gue belok ke utara, karena itu biasanya jalur yang gue pake kalau mau aman ke mana-mana. Sebab di situ ada jalur tikusnya. Jalur tikus adalah jalur yang aman bagi pengendara sepeda motor tanpa SIM. Tapi, mungkin ini sudah jalan Tuhan ya, soalnya gue lurus aja ke barat tanpa berbelok ke utara, dan tak dinyana ternyata di sana lagi ada razia.
Kampreettt. Gue berteriak dalam hati, mana di jalan itu cuma ada jalan satu arah lagi. Bagaimana belok gue? Mana di tangan cuma ada duit 15 ribu doang. Aduh dengan hati lelah dan panas badan yang tinggi juga gemetaran gue masuk juga ke tempat razia, karena polisi juga sudah menyuruh pengendara sepeda motor lainnya juga begitu.
Akhirnya, STNK gue harus ketahan dan harus membayar di tempat untuk tidak dibawa ke pengadilan. Kesalahan gak bawa STNK di Jogja sih nggak mahal cuma 20 ribu perak, tapi duit di tangan gue cuma 15 ribu perak. Lantaran itu gue bilang sama polisinya. "Pak..." kataku.
"Ada apa?" jawab si polisi yang kuajak ngomong.
"Begini, pak... ehmm, ehmm..."
"Kenapa?"
"Duit saya cuma lima belas ribu pak. Hmm, bisa dikorting nggak dendanya?"
"Mana bisa?" jawabnya tegas.
"Halah pak, buat langganan kena tilang nih, pak," gue ngomong dengan bloonnya, "Lagian saya masih mahasiswa nih, masak nggak dikasih diskon, warung makan aja banyak yang ngasih diskon buat mahasiwa, masak bapak nggak?"
"Hum... bener nggak punya duit?" Aku mengangguk semangat. "Ya udah nggak apa-apa. Sana jalan. Nih, STNK kamu..."
Cihui akhirnya gue bisa jalan juga, meski dengan perasaan keki, mangkel dan perasaan ingin "memuji" siapa pun seorang dengan kata-kata laknat hari itu. Duit 15 ribu gue hasil perasan keringat sendiri lenyap sudah...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment