Thomas Alfa Edison, Penemu dengan Rekor Temuan Terbanyak

21 October 2010

print this page
send email
INI UNTUK MENGINSPIRASI PARA PENEMU DI INDONESIA

“Anak saya, Tommy, bukan anak bodoh. Saya sendiri yang akan mendidik dan mengajar dia!”

“Tommy, anak ibu, sangat bodoh. Kami meminta ibu untuk mengeluarkannya dari sekolah.”
Demikian sepenggal tulisan yang tertera di secarik surat. Surat itu buatan seorang guru yang mengajar Tommy. Samber geledek Nancy Matthews Elliott membaca surat tanpa tedeng aling-aling itu yang dibawa anaknya. Hatinya mencelos. Namun, sejurus kemudian hatinya terkepal, terus mengeraskan. Ia pun bergumam, sambil meremas surat itu, “anak saya, Tommy, bukan anak bodoh. Saya sendiri yang akan mendidik dan mengajar dia!”


Kata-kata itu bukan kata-kata biasa, melainkan doa mujarab yang diucapkan seorang ibu untuk anaknya. Tiga dasawarsa kemudian, tepatnya 1879, ketika usianya beranjak 32 tahun dunia tak lagi mengalami kegelapan di waktu malam. Karena, orang yang dianggap bodoh saat cilik itu telah menciptakan bohlam lampu pijar. Namanya bocah cilik itu adalah Thomas Alva Edison.


SI TULI YANG ANEH

Lahir di Milan, Ohio, Amerika Serikat, 11 Februari 1847, Thomas Alva Edison merupakan salah seorang yang menderita gangguan pendengaran. Pendengarannya nyaris tuli. Dalam buku diarinya, Edison menulis, “Saya tidak pernah mendengar nyanyian sejak usia 12 tahun.” Tidak jelas apa yang menjadi penyebabnya, mungkin akibat pukulan yang dilakukan oleh masinis keretaapi, karena di usia yang sama ia berjualan koran di gerbong-gerbong kereta api. Tapi, beberapa pendapat menyatakan ia sudah menderita gangguan pendengaran sejak kecil.

Anak bungsu dari tujuh bersaudara pasangan Samuel Ogden dengan Nancy Elliot ini berbeda dari anak-anak kebanyakan. Tak ada keanehan yang terjadi pada proses kehamilan dan kelahirannya. Namun, seiring pertumbuhannya, Tommy – panggilan Thomas Alva Edison – semakin terlihat perbedaannya. Apakah Anda pernah membayangkan anak Anda mengerami telur ayam? Tentu saja, Anda akan mengira itu perbuatan aneh dan tolol. Aneh, karena kita tidak biasa melihatnya atau karena kita tidak bisa mengikuti cara berpikirnya? Tapi, begitulah kelakuan Tommy. Antara aneh dan tolol. Ketololan ini tambah parah saat usianya tujuh tahun. Ketika itu, Tommy sudah masuk sekolah. Namun, tiga bulan kemudian sang guru angkat tangan menghadapi kelakuan Tommy yang aneh dan tolol itu. Ia mengembalikan Tommy ke tangan Nancy bersama secarik surat.

Tommy beruntung, Nancy, ibunya orang yang bijak. Bukan orang yang malah ikut-ikutan mencap anaknya tolol dari sudut pandang orang lain. Nancy yang juga berprofesi sebagai seorang guru berteked keras untuk mengajar Tommy membaca, menulis, dan berhitung. Dan akhirnya, Tommy kecil bisa juga menyerap apa yang diajarkan ibunya.

Seperti kebiasaan orang yang baru bisa sesuatu yang girang bukan alang kepalang. Tommy pun jadi amat gemar membaca. Dibacainya berjenis-jenis buku, berjilid-jilid ensiklopedi. Tanpa bosan ia juga membaca buku sejarah tentang Inggris dan Romawi, Kamus IPA karangan Ure, dan Principia karangan Newton, dan buku Ilmu Kimia karangan Richard G. Parker. Ini yang menjadikan Thomas bukan anak biasa.


PEDAGANG KORAN SEKALIGUS EKSPERIMENT

Tahun 1859, saat usianya beranjak 12 tahun, Thomas mulai memahami keadaan orang tuanya yang miskin. Seperti keadaan anak di zamannya, Thomas mulai membantu orang tuanya mencari duit. Ia jualan koran di gerbong-gerbong kereta api. Yang berbeda dari orang kebanyakan, di dalam kereta – dalam kondisi yang serba terbatas – Thomas melakukan eksperimen-eksperimen kecilnya. Ini yang tidak dikeluhkan Thomas Alva Edison, keterbatasan sarana dan prasarana yang mendukung dirinya untuk berkembang.

Suatu ketika, Thomas melakukan kesalahan dalam eksperimen kecilnya. Cairan kimia tumpah mengakibat gerbong hampir terbakar. Kondektur amat marah dan menamparnya. Berangkat dari kebiasaannya bereksperimen kecil-kecilan, Thomas makin gandrung dengan dunia eksperimen. Pikiran dan imajinasinya tentang dunia yang lebih baik pun berkembang.


MENERANGI GELAP MALAM DENGAN INDAH

Satu per satu eksperimen-eksperimen yang dilakukan Thomas Alva Edison berhasil diwujudkan menjadi penemuan-penemuan yang membantu umat manusia sampai sekarang. Sebutlah misalnya, telegraf (1870) yang mampu menetak pesan-pesan di atas kertas yang panjang, gramofon (1877) proyektor (1879). Uang yang berhasil diperolehnya dari penemuan telegraf digunakan untuk mendirikan perusahaan sendiri. Tahun 1874, bengkel ilmiah yang besar dan pertama didirikan oleh Thomas di Menlo Park, New Jersey. Selanjutnya, di sana ia mewujudkan penemuan-penemuan yang lain yang tak kalah pentingnya.

Penemuannya di bidang kemiliteran juga tak kalah canggihnya. Ia banyak membantu bidang pertahanan pemerintahan Amerika Serikat. Beberapa penelitiannya antara lain: mendeteksi pesawat terbang, menghancurkan periskop dengan senjata mesin, mendeteksi kapal selam, menghentikan torpedo dengan jaring, menaikkan kekuatan torpedo, kapal kamuflase, dan masih banyak lagi.

Tahun 1882, ia memasang lampu-lampu listrik di jalan-jalan dan rumah-rumah sejauh satu kilometer di kota New York. Ini merupakan kali pertamanya di dunia lampu listrik dipakai di jalan-jalan. Dan sejarah mencatatnya sebagai peristiwa paling mengagumkan di muka bumi. Pada usianya yang ke-84 tahun, Thomas Alva Edison menutup mata untuk selamanya. Rekor penemuannya sebanyak 1.093 yang dipatenkan atas namanya belum terkalahkan. Tommy yang bodoh kini dikenang orang sebagai tokoh pencipta paling produktif pada masanya. Terbukti, kebodohan bukanlah halangan seseorang untuk menjadi lebih baik. (Lilih Prilian Ari Pranowo)

2 komentar: