Tanpa Kata

25 December 2007

print this page
send email
Akhirnya jadi jua gw memberikan sesuatu padanya. Suatu kado yang dibingkis berwarna coklat *ehem, gw bikin sendiri kotaknya*. Sepertinya diterima dengan baik, tapi yah nggak tau juga kalo diamdiam dia memberikannya pada orang lain. Yah, siapa tau...

* *

Hehehe...ide memberikan kado untuknya, udah ada sejak gw masih awalawal ada di Jakarta. Saat itu, Reni masih ada di sana lom balik Jogja. Dia yang ngasih ide untuk mengatakan tanpa kata. Wah bahasanya radoung blas, radarada about ya? Yaiyalah...hehehehe.

"Udah dia tau kan kamu ada di Jakarta?"

"Yes, sip," Jawab gw semangat.

"Ya udah bilang aja begini-begitu-begini-begitu tentang apa yang ada di dalam benak dan kalbumu," katanya lagi.

"Tapi gimana bilangnya ya?" tanya saya yang bodoh ini.

"Bilang kan nggak harus pake kata-kata. Kamu beliin apa kek supaya dia tau gitu."

"Oh, gituh yah?" gw bloon.

* *

Semenjak itulah, gw mulai tanya-tanya kiri-kanan-depan-belakang-atas-bawah. Untuk itu gw harus bertanya sama seorang wanita, apa idealnya kado untuk wanita. Makhluk pertama yang gw tanya ialah Tiesa Mahendra (nek jenenge ra salah lho) waktu di bis.

"Tis, ngasih apa enaknya kalo buat ce?" Tanya gw.

"Ya banyak macem-macemlah, bisa bla bla bla dan bla..."

"Apaan tuh?" gw mikir nggak ngerti dengan perkataannya.

"Ya bisa jilbab, cd..."

"Tunggu-tunggu, bukan cd kancut kan?"

"Bukanlah, cd-nya kamu copiin dari lagulagu yang menggambarkan perasaanmu gituh.."

"Oo..bulet...hehehe"

"Halah ngapain juga repot, Lih, mending kamu kasih duit ke dia, suruh beli sendiri."

"Enak aja, emang dia, Devi, kasih duit terus jalan sendiri..."

"Hahahaha...." kita berdua ketawa bareng di bis.

* *

Dan dasar kutuk (anak ayam *Jawa), dia terus bilang-bilang sama Devi tentang rencana rahasia gw ini. Aaaahh, demit, jadilah gw bulan-bulanan mereka bertiga (Tiesa, Devi, dan Winda-rto). Mpe gw tersipu-sipu. Dan mereka terbahak-bahak melihat polah gw. Gw pengen beliinnya sebelom pulang dari Jakarta, tapi gara-gara sakit, dan yang dititipin (perlu panjang lebar menceritakannya, jadi nggak usah diceritain), gw nggak jadi beliin di Tanah Abang. Huuhuhuuu...sedih. Namun, akhirnya Putri menawarkan diri untuk menemaniku beli sesampainya di Jogja. So akhirnya beli di Jogja.

Dan dengan segala kependekan otak yang cerdas ini, gw membelikan dia, titik-titik (rahasia doung :D). Minggu kemaren gw ke rumahnya, dan gw seneng banget ketemu ma dia...hehehe. Entah dia. Tapi sepertinya juga demikian. Yah, tanpa kata, semua merasakannya....

0 komentar:

Post a Comment