Jepang memang negeri yang makmur sekarang. Sebuah negara industri maju yang dalam persaingan global mampu merangkak naik, berusaha mengimbangi eksistensi global Amerika. Namun, fakta sejarah selalu saja masih membayangi negara ini. Catatan sejarah kejahatannya dalam perang dunia II, tak mampu dihapuskan begitu saja, khususnya bagi negara-negara kawasan Asia Tenggara yang pernah dijajah Jepang. Ingatan kolektif manusia--yang hidup pada masa penjajahan Jepang, masih selalu mengingat sejarah ini.
Sisi kelam Jepang yang tak dapat diabaikan. Sebut saja Cina, Indonesia, merupakan salah satu dari beberapa negara yang pernah merasakan pahitnya terkungkung dalam masa penjajahan Jepang. Bukan saja meninggalkan kekerasan politik-ekonomi, rambahan Jepang telah mencapai eksploitasi budak-budak wanita. Jepang pernah mengorganisir perdagangan wanita untuk memuaskan nafsu para tentara yang berada di garis depan. Atau yang lebih dikenal dengan Iugun Ganfu (“pekerja seks komersial”).
Sebelum mengorganisir perdagangan budak wanita di Indonesia, Jepang pernah melakukan hal serupa di Cina. Namun karena kurangnya koordinasi, banyak tentara Jepang yang terkena penyakit kelamin. Ketika Jepang mendirikan kekuatan militer di Indonesia, maka kesalahan masa lalu mereka diperbaiki. Pemerintah pusat yang berada di Jepang memberikan mandat kepada para pemerintah militer setempat untuk mengorganisir massa wanita untuk dijadikan budak seks.
Kisah Nanking
Musim dingin, 9 Desember 1937, secara besar-besaran pasukan Jepang menyerang kota Nanking, Cina. Pada 12 Desember 1937, tentara Cina berhasil dipukul mundur. Mereka memutuskan untuk mundur ke sisi lain di sungai Yang Tse. Pada 13 Desember 1937, pasukan 6 dan 116 divisi pertama angkatan bersenjata Jepang berhasil memasuki kota besar. Di waktu yang sama, Divisi 9 angkatan bersenjata Jepang menjebol pertahanan di Gerbang Guanghua. Sementara itu, Divisi 16 masuk lewat Gerbang Zhongshan dan Gerbang Pasifik. Kemudian sore harinya, armada laut Jepang telah tiba dan menjatuhkan sauh di sisi-sisi Sungai Yangtse. Hari itu juga, Nanking tumbang ke tangan Jepang.
Kejatuhan Nanking hanyalah awal. Enam minggu berikutnya, terjadi pembunuhan besar-besar di Nanking. Tak hanya itu para tentara memperkosa wanita-wanita di sana. Fakta menyebutkan, selama masa pendudukan itu kurang lebih 300.000 tentara Cina dan orang-orang sipil tewas, dan jumlah minimum yang berhasil didokumentasikan: kurang lebih 20.000 wanita diperkosa tentara Jepang. Masa ini Jepang melakukan litani atrocities orang sipil tidak bersalah melawan, pelaksanaan shock psikis seperti memerkosa, merampas dan membakar. Sangat mustahil untuk mendokumentasikan secara terperinci mengenai kejadian tersebut, yang jelas fakta-fakta mengerikan ini tak dapat dibantah. (Lilih Prilian Ari Pranowo)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment