Temenan Sama Preman

25 February 2008

print this page
send email
Jika ingat kejadian ini rasa-rasanya seluruh maluku akan menguat. Bagaimana tidak? kejadian ini terjadi lebih kurang sekira tahun 1997-an. Yup, tepat di saat krisis. Tepat pula di saat aku baru menyukai musik rock, khususnya alat bernama gitar itu. Tapi ini bukan soal kegemaranku pada gitar. Ini kasus waktu aku di kompas aka dipalakin sama tiga orang preman di pondok gede.

Hari itu, gw dan Yudis, karib waktu kecil dulu, pergi ke pondok gede. Beli dua hal: Gw beli adaptor seharga 20 ribu dan Yudis beli keset, eh kaset Metallica Unforgiven 2. Sebagai anak2 SMP yang sedang beranjak dewasa, kita make dandanan ya semirip anak2 pada masanyalah, kaosan dan celana pendek 3/4 sedengkul. Secara kita riang gembira naek CH (angkot warna merah). Tak butuh waktu lama kita untuk mendapatkan barang yang dimau.
Yudis, telah mendapatkan apa yang dicarinya. Tinggal gw nyari adaptor di pasar baru pondok gede. Ok, ini juga tak membutuhkan waktu lama. Hop, kita bersiap-siap untuk pulang.
Nah, berawal dari sini nightmare kita berdua dimulai. waktu keluar dari pasar itu, kita udah dikuntit tiga makluk. Mereka menasbihkan diri mereka preman. Kita berdua kagak sadar dengan apa yang terjadi. Mungkin pingsan waktu itu...hehehe (nggak canda ding). Hup, tangan gw tertangkap sama satu makluk itu. Waw, gw gemeter setengah mampus deh. Tapi Yudis selamat, ia berhasil melarikan diri. Eh, tunggu dulu, jangan seneng dulu, kawan si makluk ini yang berasal dari suku Ambon, ngikutin Yudis. Ia ditangkep juga. Hihihi...
Katanya Yudis, cari nangkepnya sederhana, "Eh, temen lo ketangkep ma temen gw tuh!" celetuk si makluk garang itu. Akhirnya demi kawannya, yaitu gw, dia merunutkan jalan2 nya sama si Ambon.
Kita ditanya-tanya di situ. Kalo mereka polisi, semantap menginterograsilah modelnya. "Kalian anak mana?" tanya mereka. Karena ingin boong dan dikirain mantrabs. Maka, kita jawab, "kita anak kampung di sekitar sono." omong gw mbela diri, sekiranya untuk menggertak mereka aja. Eh, tapi mereka langsung nyamber jawaban. "Kalian kenal siapa aja di sana?" tegas mereka. Kita berdua diem. Lalu si Yudis punya inisiatip njawab ngawur, kalo gw bukan di situ ding, gw rumahnya di sekitar situ. "
"Yah, udah lo kenal siapa aja? Gw kenal si anu," tanya mereka. Gw diem aja. Merasa nggak kenal siapa2 dan emang gw boong (Waa, diasaar gobloksa ni orang). Ya udah kita digiring di sana.
Diputer2 di Pasar Baru, Pondok Gede itu. Mereka berhenti di salah satu ruko yang kosong. Seorang di antara mereka yang bertubuh tinggi langsung ngangkat rolling door. Srekk, bunyinya. Sumpe gw ma Yudis udah gemeteran setengah mampus. Kita udah mikir, pasti digebukin di sini. Huhuhu. Gimana ya rasanya digebukin? Sakitkah, pikir gw. Tentu! Dasar modol luh. Eh, ternyata si jangkung ini, bukannya mau gebukin kita, tapi mau ngencing. Waks? Mata kita membelo, antara gw sama Yudis saling pandang. Tapi tetep gak bisa senyum apalagi ketawa.
Selepas dari sini, mereka menggiring kita lagi ke bibir sawah. Kita berdiri di deket apa ya istilahnya?...got irigasi. Di situ kita digojlok abis2an. Si Ambon yang merasa dirinya pimpinan angkat bicara. Sambil hadap2an sama gw dia bilang gini: "sini!" merampas seluruh belanjaan kita. Kaset plus adaptor. Yah...hopless banget waktu itu. "Lo tadi boongin gw kan?" tanyanya mantrabs, "sebagai perdamaiannya kalian mau?" Gw mengangguk. Ya...ya...ya.
"Sekarang lo harus minum air dari tempat kita ini sampai sana. Tapi jangan sampe ngalir lagi kesini!!!"
Glek. keringat dingin mengalir dari wajah kepanasan kita.
Mengangguk perlahan. "Sebagai perdamaiannya,lu sanggup gak?!"
Kita geleng2. Dan menyatakan ketidaksanggupan. Eh, tak dinyana, setelah mengatakan itu, dia malah melunak. Tersenyum penuh keanehan. Kita jadi bingung rupanya sama kelakuan mereka.
"Nih kita pulangin?" Masih dengan tampang tak percaya. "Sebenernya kita cuma mau iseng2 kenalan aja sama kalian."
Hah? Bengong. "Nih kita balikin semuanya". Hah, kenalan kek gini? Masih dengan tampang tak percaya. Secara sampai kini pun kenangan itu adalah sesuatu yang tak terlupakan. Kenangan kegoblok gw dan Yudis. Tapi Yudis ada dimana ya sekarang?

0 komentar:

Post a Comment