Semisal harga BBM kembali melambung, tak perlulah merasa cemas. Pun tak perlu repot turut berdemo di pinggir jalan menuntut turun bersama para mahasiswa. Sebab sudah ada alternatif pengganti demi bisa menyiasati permasalahan tersebut. Bikinnya mudah, biayanya terjangkau. Dan bahannya bisa diperbaharui pula. Namanya reaktor biogas.
Apa itu reaktor biogas? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia reaktor diartikan sebagai sarana atau alat pembangkit tenaga. Sementara biogas adalah gas yang terbuat dari kotoran ternak. Jadi reaktor biogas adalah alat pembangkit gas yang dibuat dari kotoran ternak. Penemunya punya nama lengkap Andrias Wiji Setio Pamudji. Seorang lelaki yang berasal dari Desa Ngrendeng, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Tahukah Anda bahwa temuan ini bermula dari rasa penasaran pria tersebut untuk membuktikan teori-teori yang pernah didengarnya di bangku sekolahan dengan cara melakukan percobaan. Memang sudah sedari kecil, Andrias menyukai dunia riset-meriset. Dia pernah membuat listrik dan perahu motor mainan dengan tenaga penggerak kincir angin. Kincir angin ini dibuatnya dari pemutar kaset dalam tape. Pun ia juga hobi bercocok tanam dan beternak. Dan dalam melakukan hal ini ia selalu tekun, sebab ketekunan merupakan kuncinya dan sudah menjadi prinsip Andrias, yang diajarkan ibunya.
Ceritanya tentang reaktor biogas temuannya bermula kala ia masih kuliah di tingkat III di Jurusan Teknik Kimia Departemen Teknik Industri Institur Teknologi Bandung sekira tahun 2000-an. Waktu itu ia meriset pembikinan reaktor biogas yang sederhana. Tapi dari yang sederhana inilah muncul sesuatu yang hebat. Andrias sudah mengetahui bahwa kotoran ternak bisa dijadikan gas. Sebab tahu, maka keinginantahuannya menjadi tambah menggebu.
Untuk beroleh kotoran ternak, ia pergi ke sebuah peternakan. Sepulangnya dari sana ia membawa kotoran ternak sapi yang sudah dicampuri air dan dimasukkan ke dalam jeriken berukuran lima meter. Waktu itu ia langsung meletakkannya di dalam kos-kosannya, tapi tidak dibuka melainkan ditutup. Tanpa dicampur apa-apa lagi, terjadi fermentasi alami, yang kemudian kotoran ternak tersebut berubah menjadi gas.
Sebulan sesudahnya, tutup jerigen dibuka dan lubang jeriken segera diberi plastik. Kotoran sapi yang telah terfermentasi segera mengeluarkan gas, yang masuk ke dalam plastik. Pasca itu, Andrias menyoblos plastik tersebut dengan benda tajam dan keluarlah gas. Walhasil, ketika disulut korek api langsung terbakar. Demi menyempurnakan karyanya, ia pun mengutang ke sana-sini, ke sejumlah kawan-kawannya. Berkali-kali riset kemudian dilakukan guna mendapatkan bentuk reaktor dan penampung gas yang murah, kuat dan berkapasitas cukup apabila digunakan untuk keperluan rumah tangga.
Dan jerih payahnya terbayar tunai, sewaktu ia membuat reaktor dari plastik dengan ketebalan 250 mikron serta menciptakan kompor untuk jenis gas metana. Kenapa yang dipilih sebagai penampungnya itu plastik dan bukan lainnya? Karena gas yang dihasilkan belum mampu dikemas dalam tabung. Gas kotoran sapi adalah jenis metana (CH4). Sementara gas yang dikemas dalam tabung merupakan gas yang bisa dicairkan, yang berasal dari butana (C4H10) dan pentana (C5H12).
Apabila gas bisa dicairkan, maka jumlah volume yang bisa ditampung jadi lebih banyak. Sayangnya, metana belum bisa demikian. Semenjak ditekuni (tahun 2000-an), temuan Andrias baru dipasarkannya tiga tahun kemudian, yaitu pada 9 April 2005. Padahal dua tahun sejak ditekuni, tahun 2002, karyanya pernah memenangkan lomba kreativitas mahasiswa yang diadakan Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Bagaimana tertarik untuk mencobanya? (Lilih Prilian Ari Pranowo)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment