Hari ini merupakan hari ketiga ospek siswa baru dilaksanakan. Karena saking lelahnya, mendengarkan celoteh kakak-kakak senior, yang entah penting entah tidak itu, Eko duduk di pojok ruang sambil terkantuk-kantuk. Pikirannya melayang-layang cepat-cepat, dari masa depannya, ospek sekolahnya yang masih dua hari lagi, dan segala macamnya.
Ketika murid-murid ospek lainnya sedang bersenang-senang karena permainan yang diadakan oleh panitia, Eko malah sesenggukan... matanya mengeluarkan air mata. Ia bersuara dengan suara yang aneh—mendadak suaranya mengecil, seperti suara perempuan. Orang-orang yang ada di sekitar Eko kebingungan, ada apa gerangan dengan Eko. Mereka diam mendengarkan... dan merasa aneh.
Siapa yang tidak aneh mendengar suara cowok jadi suara mirip cewek? Beberapa orang yang tahu bahwa Eko kesurupan langsung memanggil Pak Arif, yang memang dikenal sebagai orang yang pintar dalam hal-hal seperti itu. Kemudian, Pak Arif langsung datang dan merapat dengan Eko.
“Huhuhu...” suara Eko terdengar menangis.
“Kenapa kamu?” tanya Pak Arif yang ada di sebelahnya hendak menyembuhkan Eko dari kesurupan.
“Huhuhu... nggak apa-apa...”
“Kalau nggak apa-apa, kenapa kamu menangis?”
“Nggak apa-apa...”
“Kalau aku cerita, apa kamu bisa membantu?”
“Ya, kita lihat saja dulu. Kalau aku bisa membantu kamu, ya kubantu. Kalau nggak, ya nggak bisa kubantu...”
“Kok, aku nggak bisa, masuk dunia sana ya?” tanya Eko.
“Hmmh, dunia mana yang kamu maksud?”
“Dunia tempat orang meninggal.”
Arif berpikir sejenak, hendak mereka-reka apa yang harus ditanyakan dan dikatakannya lagi. Meskipun, bisa melihat hal-hal gaib, tapi ia tidak menguasai sepenuh-penuhnya hal-hal seperti ini. Karena kasus ini, kasus pertamanya.
“Emangnya, kenapa kamu nggak bisa masuk ke dunia sana?”
“Huhuhuhu...” tangis Eko yang mirip perempuan itu makin kejer. Arif bingung dengan apa yang terjadi.
“Semua ini kesalahan orang tuaku. Dulu, sekolah di sini, tapi aku nggak suka sekolah di sini.”
“Terus?!”
“Karena aku nggak suka sekolah di sini. Maka, aku berkata sama orang tuaku supaya aku bisa pindah ke sekolah yang kuinginkan. Tapi, mereka tidak memedulikan keinginanku. Satu-satunya hal yang mereka pedulikan adalah pekerjaan mereka, duit mereka, dan berapa banyak keuntungan yang mereka peroleh. Sehingga, aku nggak diizinkan pindah sekolah. Aku stres, aku menjadi gila karenanya. Apa kamu tahu, bagaimana rasanya berada di tempat yang nggak kamu inginkan? Rasanya bagaikan di neraka. Putus asa, aku bunuh diri di kamar mandi sekolah, dengan cara menggantung.”
Arif manggut-manggut mendengar cerita itu. Kepercayaan yang berkembang di masyarakat Indonesia, bunuh diri merupakan satu kejahatan tercela yang dilaknat Tuhan. Hal itu tidak boleh dilakukan karena mendahului kehendak-Nya. Akibat dari perbuatan itu adalah hukuman yang harus dijalankan berupa menjadi roh gentayangan yang berada di antara dunia manusia dan dunia orang mati.
“Tapi, nggak ada yang bisa kita lakukan. Semua sudah terjadi. Satu-satunya hal yang bisa kamu lakukan adalah bersabar. Mungkin saja, ada keringanan yang diberikan Allah kepadamu. Aku dan teman-teman yang masih hidup di sini akan medoakan kamu. Karena itu, jangan kamu ganggu kami yang masih hidup. Alam kita sudah berbeda. Sadarilah...” tutur Arif lembut.
“Huhuhuhu... karena itu, aku menangis dan memasuki ke tubuh ini
Karena itu permintaan dari kalian, baiklah, aku akan pergi. Tapi, tolong doakan aku supaya diberikan keringanan.”
Setelah itu, Pak Arif dan para siswa mengadakan doa bersama. Tak lama kemudian Eko tersadar dari kesurupannya. Ia celingak-celinguk dengan apa yang terjadi, kemudian bertanya pada Fanny yang kebetulan ada di sebelahnya. “Apa yang terjadi?”
“Kamu dirasuki roh sekitar sini...”
Selanjutnya, Pak Arif memberitahukan kepada Eko bahwa dirinya sudah sembuh dan sadar dari dirasuki oleh roh gentayangan. Ia juga sudah membentengi diri Eko supaya tubuhnya tak gampang dimasuki roh halus lagi. Beruntung Pak Arif berhasil menyembuhkan Eko, yang juga kasus pertamanya dia dalam hal-hal seperti ini. (end)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment