Showing posts with label Masa 2009. Show all posts
Showing posts with label Masa 2009. Show all posts

DESAH MALAM BIKIN RESAH

04 December 2009

Setelah berjanji ngelembur pekerjaan pada malam sebelumnya, aku tertahan di kantor baru sampai keesokan harinya. Dengan sangat terpaksa aku tidur bareng (don’t be your thinking negative about “tidur bareng”), Crongoh 2, mas Herman, dan Gun…

Aku dan Crongoh 2 tidur lepas tengah malam, sementara Herman dan Gun2 telah lebih dulu tertidur…

Baru kuketahui, ternyata Herman kalau tidur itu ngorok ya… hehehe…. Ck ck ck nggak nyangka, tapi yang jadi masalah sekarang itu, tidur kami gimana… suaranya Herman serupa banget sama suara gergaji mesin disumpel plastik…. BROK BROK BROK…

Lucu juga, apalagi ngelihat tampan Herman yang terlelap tanpa dosa…

Hmm, pengen kami menjahili si manusia ngantukan itu sebelum akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti jejaknya, terlelap pula… Hah, indahnya malam ini…

Dan keesokan harinya, kami membahasnya via FB…. Gya gya gya…. Gayeng tenan.
Continue Reading...

HARI PERTAMA DI KANTOR ANYAR

Dua hari lalu, aku pindah ke kantor baru. Pada akhirnya, rencana pindah beberapa bulan lalu terwujud. Semua-mua rekan yang turut pindahan (sebab ada beberapa rekan sekerja masih menghuni kantor lama) sedikit gembira. Pertama, karena posisi kantor baru ini jauh dari pengawasan juragan, dan ini yang memotivasi kami untuk terus bergembira, setidaknya sebulan lamanya, sebelum pada Januari 2010 juragan akan ikut menjadi penghuni kantor kami yang baru (hiks bersedih hati T_T)

Meskipun, kami bebas bukan berarti tanpa batas. Ibarat kata, bebas asal sopan. Penghuni kantor baru ada delapan orang, di antaranya: Mas Herman aka Giri (dipanggil demikian karena suka ngantukan), Crongoh 1 aka Pamungkas (dipanggil demikian karena suka cerita-cerita saru), Crongoh 2 aka Julian (dipanggil demikian karena lebih crongoh daripada Crongoh 1), Gunawan Gundul aka Gunawan (menahbiskan namanya sendiri begitu), Demit aka Mama Singa aka Deti (dipanggil demikian karena galaknya ruarrr biasa), Titik (manusia paling besar di antara kami), Ratino si pengantin baru, dan aku sendiri Noel.

Dan inilah cerita kami di kantor baru…

Pagi itu, aku (Noel) berangkat seperti biasa. Setelah mengantarkan adik paling bungsu ke tempat kerjanya, aku berangkat menuju kantor baru. Namun, sebelum ke kantor baru, aku ke kantor ***. Juragan telah mewanti-wanti aku untuk ke sana pukul sembilan pagi, sebab ada yang akan diperkenalkan padaku. Penghuni kantor baru bakal menerima seorang tim baru bernama Mbak Tika. Itu sebabnya aku disuruh juragan ke sana. Maka ke sanalah aku dan diperkenalkan kepada seorang rekan kami yang baru, sekaligus mengantarkannya bareng ke kantor baru.

Asik aja perjalanan yang diiringi tanya-jawab seputar data-data kami (aku dan mbak Tika), demi membuang waktu selama dalam perjalanan. Tak dinyana, kurang dari lima belas menit, kami sampai di kantor baru.

Kegeblekanku yang sudah berkarat ini kambuh. Seperti biasa saja, aku masuk ke kantor baru. Dua motor berdiri tegak di dalam pagar. Pagar warna cokelat. Cat dinding berwarna krem. Bentuk bangunan yang sudah pas seperti hari kemarin kutinggalkan. Namun, batinku, “Kok sepi sekali? Padahal katanya semua-mua teman-teman sudah ke sini. Dan ini sudah jam sembilan lebih tapi mereka belum ke sini. Ah, sebodo ah…”

Aku tetap masuk dengan membuka pintu pagar. Srek…. Pintu pagar pun terbuka. Lebih jauh lagi, aku masuk dan sudah memegang gagang pintu masuknya dan sudah sempat berusaha dengan keras untuk membukanya. Ternyata terkunci. “Aduh, nih kawan-kawan kelewatan deh… kalau mau briefing di lain tempat, mbok bilang-bilang kek.”

Aku pun mundur hendak meng-sms kawanku. Tapi, tiba-tiba seorang perempuan belum begitu tua keluar membukakan pintu. Dan bertanya padaku, “Cari siapa mas?”

“Bujuk. Salah rumah gua?!” batinku. Namun, dengan ketotolan tingkat tinggi aku mengatasi keadaan dengan pertanyaan yang tak kalah konyol pula. “Sini kantor ******* bukan?”

Ibu itu mengernyitkan dahinya, bingung. Dan menggeleng dengan lemah. “Bukan, mas.”

Aku tengok ke arah barat. “Bujuk?! (lagak orang terkejut) Kantor dua rumah ke barat dari rumah yang keketok.”

“Oh, maaf, bu, salah…” Aku segera menghilangkan batang hidungku, menjauh dari rumah itu. Bukan kenapa-napa, malu aku…. Malu.” Hiks hiks hiks T_T… :P

Dan ketika aku menceritakan pada teman-teman, mereka terbahak sekencang-kencangnya orang hidup. Baru kuketahui, dua orang kawanku juga ikutan salah mampir di tempat yang sama. Aduh aduh… hahaha…
Continue Reading...