Nama Penulis : Le Contesse de Segure
Judul Buku : Si Jenius Kedison
Penerbit : Manyar
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2005
Selama ini keledai identik dengan sifat-sifat yang dungu dan tolol saja. Ramainya film-film kartun yang memberi sifat buruk kepada makhluk ini memang membentuk opini orang-orang mengenai keledai. Tentu saja hal itu berhasil dengan sukses. Akibatnya, manusia di seluruh dunia telah memberikan cap negatif terhadap hewan yang bersuara lucu ini. Lucu? Yah, karena di dalam buku ini akan kamu temui suara keledai tidak menyeramkan seperti banyak diceritakan, melainkan terdengar seperti berbunyi, “hei heh, hei heh...” Begitulah.
Si penulis yang memiliki nama Le Contesse de Segure, memang membuat semacam pledoi Kedison sang keledai. Pinuturnya yang menokohkan Kedison dengan kata ganti “aku” seolah-olah membela kepentingan para keledai dengan pesan, “tidak semua keledai di dunia itu bodoh, tauk! Aku adalah salah satunya.” Pasca kamu membaca buku berjudul “Si Jenius Kedison” ini, diharapkan anggapan yang jelek-jelek tentang keledai, akan bisa berbalik seratus delapan puluh derajat. Yah, minimal sembilan puluh derajatlah atau tak berubah sedikitpun. Pokoknya terserah kamu yang membacanya saja.
Berikut adalah petikan dari beberapa pengalaman hidup Kedison:
Adalah Kedison, nama keledai yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini. Kedison, anggapan sang Kedison sendiri, merupakan keledai pintar dan cerdas. Tidak seperti keledai-keledai lainnya yang dungu. Ia berani mengungkapkan pendapatnya untuk memrotes para majikan yang bersikap semena-mena kepadanya. Pendapatnya ini diutarakan dengan pelbagai macam cara, yang jelas dengan cara seekor keledai.
Cerita bermula, ketika Kedison dipelihara oleh seorang petani yang suka menjahatinya. Kemudian karena terus-menerus dijahati oleh majikannya dengan menyuruhnya mengangkut barang-barang jualan yang berat setiap hari pasar. Maka, ia membangkang dan melakukan protes kepada majikannya. Ia pun mogok jalan. Tapi alhasil ia malah mendapat cambukan yang sangat keras. Otomatis dengan sangat terpaksa, ia pun berjalan sampai ke pasar.
Akan tetapi, sesampainya di pasar itulah, Kedison memulai aksinya. Saat mereka, si petani dan Kedison, semua sampai di pasar, si petani mengikat Kedison setelah barang-barang yang diangkutnya diturunkan. Si petani meninggalkan Kedison sebentar untuk berbincang-bincang kepada para pembelinya. Tepat pada saat itulah, Kedison merasa lapar, ia pun memakan barang-barang, yang terdiri dari kubis-kubis dan sayuran-sayuran, yang telah diturunkan ke tanah. Ketika si petani kembali, betapa terkejutnya dia mendapati kubis-kubisnya telah habis dimakan Kedison. Kedison pun dimarahi habis-habisan. Tapi itulah Kedison, pemberontakan semacam itu yang dilakukannya. Demikian sepenggal cerita mengenai kejeniusan Kedison. Sebenarnya masih banyak pengalaman-pengalaman Kedison dalam menjalani hidupnya. Nah, untuk tauk lebih, baca saja buku ini. Hehehe... Kamsia (thanks a lot). (Lilih Prilian Ari Pranowo)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
and God chose the foolish things of the world to shame the wise...[korintus, lupa ayat berapa]
ReplyDelete:peace:p