OBAT CACING

22 November 2009

print this page
send email
Gara-gara guru fisika sedang ada urusan di luar sekolah dan baru kembali beberapa waktu lamanya, maka antara mata pelajaran fisika dengan biologi dituker. Pelajaran biologi dimajukan, sementara pelajaran fisika dituker ke jam selanjutnya. Tak ada masalah yang berarti sebetulnya, sebab ibu guru biologi selain muda belia, beliau juga cantik dan rupawati (bukan rupawan, karena itu menunjukkan seorang pria, dan ibu adalah seorang wanita).

Itu juga yang membuat kami perhatian dengan tiap-tiap pelajaran biologi yang beliau terangkan. Bersemangat melihat wajahnya yang cantik, aku berbisik sama Wendy, “gue mau tuh sama ibu itu.”

“Muke gile lu, Noel. Itu kan udah barang second masak mau embat juga?”

“Biarin, yang penting hot, bro,” jawabku dengan tangkas.

Kemudian kami pun mendengarkan penjelasan tentang ilmu biologi dari bibir seksi ibu Nuryanti. “Baik anak-anak, kali ini kita akan mempelajari tentang bahaya minuman keras.”

Hmm, sesuatu yang nikmat dan kerap disajikan teman-teman sekosku dengan cara yang nikmat pula… hahaha… tukasku dalam hati.

“Nanti, ibu akan berikan contoh betapa berbahayanya minuman keras bagi kesehatan kita.”
Anak-anak masih melongo, seolah tersihir dengan kata-kata Bu Nur. Mereka seperti ingin berkata, lambat-lambat saja bu, kita semua akan mendengarkan celotehmu dengan suka cita kok.

“Sebelumnya, anak-anak mendekatlah pada ibu.” Kami pun, murid-murid cowok, segera mendekat dengan gegap gempita. Hal serupa tidak dilakukan oleh murid cewek. Mereka tidak suka diri mereka tersaingi.

“Di sini, ada dua cacing anak-anak. Tiap-tiap cacing ini, akan ibu masukkan ke dua botol berbeda. Satu berisi air mineral, satu berisi minuman keras beralkohol. Lihat ya perbedaannya.”
Dimasukkanlah dua cacing tersebut ke dalam dua botol yang berbeda seperti yang ibu Nuryanti katakan. Tak butuh berlama-lama, selang semenit kemudian, ia telah meletakkan kembali ke luar dua cacing itu dengan alat penjepit.

Ditunjukkannya kepada kami efek dua zat cair itu kepada kami. “Apa yang dapat kalian perhatikan dari contoh sederhana ini?” tanyanya.

“Satu dari dua cacing mati.”

“Ya, benar. Yang mana?”

Anak-anak serempak menjawab, “yang dimasukkan ke dalam minuman keras.”

“Ya, kalian benar lagi. Kira-kira kenapa? Ada yang tahu jawabannya?” tanya ibu Nuryanti lagi.

Hmm, mereka semua menggeleng. “Ia mati karena efek dari alkohol.” Anak-anak manggut-manggut semuanya. Mereka paham. “Jadi, apa kesimpulannya?” Seluruh kelas tampak hening, tak seorang murid pun angkat bicara.

Aku mengangkat tangan kananku tinggi-tinggi, sekadar memberikan pendapatku saja. “Jadi… kalau nanti aku cacingan aku ingin minum minuman keras supaya cacing-cacing dalam perutku mati.”

Ibu guru Nuryanti langsung shock mendengar jawabanku yang “polos” ini… (nd)

0 komentar:

Post a Comment