Showing posts with label Tokoh. Show all posts
Showing posts with label Tokoh. Show all posts

Kompor Pengering dan Antena Parabola Tenaga Surya

01 March 2009

Waton tekun, mesti ketemu tujuane. Ora usah neko-neko!
(Asal tekun, pasti berhasil. Tidak usah berbuat yang aneh-aneh!)

Demikian Minto berpesan. Pesan itu tak asal-asalan diucapkannya. Lelaki yang bekerja menjadi guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Prambon I, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur ini sudah mendapat pengakuan dari berbagai kalangan perguruan tinggi. Termasuk penghargaan dari Direktorat Jenderasl Listrik dan Pengembangan Energi Departemen Pertambahan dan Energi. Dia sudah berkreasi dengan membuat alat dwi fungsi. Jadi kompor ok. Jadi antena parabola pun bisa.

Alat ini dibuat dalam dua tahapan, pertama ia membuat kompor pengering bertenaga matahari kemudian meneruskannya dengan menjadikannya berfungsi sebagai antena parabola. Awal tahun 1988, Minto yang tinggal di Desa Mruwak, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun membuat kompor pengering hasil pertanian bertenaga surya.

Keinginan ini dipicu oleh kenyataan yang diketahuinya bahwa masyarakat p[edesaan yang hidup di kaki Gunung Wilis (Madiun). Sehari-harinya mereka menggantungkan hidupnya mencari kayu-kayu bakar untuk bahan memasak. Padahal hutan jati di wilayah tersebut semakin gundul, karena itu masyarakat harus berjalan kaki sejauh 3,5 hingga 8 kilometer. Tiga tahun sesudahnya, tahun 1991, keberhasilannya tersebut memicu semangatnya untuk berkreasi lagi. Kompor pengeringnya dikembangkan lagi –bisa dimanfaatkan—sebagai antenna parabola.

Kompor pengering milik Minto tersebut bisa berfungsi banyak, bisa mengeringkan hasil pertanian, perikanan (ikan asin dan sebagainya), krupuk, lempeng, emping. Prinsip kerjanya mengubah sinar matahari menjadi panas, yang didasarkan pada pantulan cahaya matahari oleh beberapa keping cermin datar. Keping-keping ini ditata pada kerangka reflector yang bentuknya menyerupai parabola. Bila reflector diarahkan tegak lurus searah datangnya sinar matahari dan semua pantulan akan menuju ke satu titik. Kumpulan sinar pantul ini akan menimbulkan panas amat tinggi. Udara panas tersebut dialirkan lewat rak-rak pengering. Hasil ujicoba alat ini diperoleh suhu panas pad mulut kolektor 57 derajat Celsius, pada rak pertama 51 derajat Celsius dan rak delapan 46 derajat Celsius.

Sementara prinsip kerja antena parabolanya adalah sebagai berikut: kompor pengering tersebut ditambahkan Low Noise Block (LNB), feed horn, receiver, kabel dan pesawat televise. Prinsipnya, reflector yang tegak lurus dengan arah datangnya gelombang elektromagnetik dari satelit akan memantulkan kembali semua gelombang itu menuju ke focus. Kumpulan gelombang tersebut ditangkap LNB yang berlaku sebagai penguat sinyal. Dari LNB ini diteruskan lagi ke receiver lewat kabel untuk dipilih gelombang mana yang diinginkan. Dari reicever dilanjutkan ke pesawat televisi.

Namun, meski ia sudah diakui dan menerima penghargaan sebagai seorang penemu, Minto tetap tak meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang guru. Dia tak ingin berpikir neko-neko karena pekerjaannya yang utama adalah guru. Ya, inilah yang bisa kita petik dari Minto, seorang guru sekaligus penemu kompor pengering hasil pertanian dan antena parabola.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Tiang Penyangga Sosrobahu

Sekira 1980-an akhir koran-koran nasional ramai mengabarkan pembangunan jalan tol dari Cawang ke Tanjung Priok, yang memiliki panjang total sekurang-lebih 16,5 Km. Pembangunan jalan ini tak berlangsung mulus. Kendala utamanya ada di teknik konstruksi konvensional yang jika dipaksakan malah menambah macet arus lalu-lintas yang sibuk dan memiliki banyak persimpangan. Bayangkan saja, tiang horisontalnya saja yang hendak dibangun bisa mencapai ukuran 22 meter, nyaris sama lebarnya dengan jalan by pass itu sendiri. Tentunya hal ini bertentangan dengan tujuan dibuatkannya jalan tol yang memang diset untuk mengatasi kemacetan.

Alternatif lain yang diusulkan adalah memakai metode gantung, macam yang dilakukan di Singapura. Sayangnya apabila teknik ini yang dipakai, faktor biaya yang jauh lebih mahal yang menjadi kendalanya. Adalah Ir. Tjokorda Raka Sukawati yang berhasil memecahkan persoalan ini dengan menciptakan tiang pancang yang diberinya nama Sosrobahu. Ir. Tjokorda lahir di Ubud, Bali. Gelar insinyurnya didapatkan dari sekolah di Departemen Sipil di Institut Teknologi Bandung (ITB). Karirnya dimulai saat ia masuk di perusahaan PT Hutama Karya hingga ia menjabat menjadi direktur perusahaan tersebut.

Inspirasi pembuatan tiang pancang modelnya didapatkanya saat memperbaiki mobilnya sendiri. Kisah ini bermula di garasi mobilnya. Suatu hari Tjokorda hendak membetulkan mobilnya yang rusak—kebetulan garasi mobilnya berbentuk agak miring—dan pembantunya kemudian mengganjal ban belakang mobil. Rupanya cuma satu ban belakang yang diganjal dan rem tangannya pun lupa ditarik. Waktu Tjokorda memompa dongkrak hidrolik untuk mengangkat roda depan, tiba-tiba mobil menjadi berputar. Kejadian itu memantik ide di dalam kepalanya. Hari itu ia urung memperbaiki mobilnya.

Dari situ, selanjutnya ia memadukan hukum gesekan untuk memutar beban dengan hukum pascal untuk mengangkat beban. Lantas ia minta dibikinkan modelnya oleh seseorang dan… berhasil! Dilakukanlah pengujian dengan beban berbobot 85 ton hingga 180 ton. Berhasil lagi! Dia pun berhasil membuat alat putar silinder yang mengguncang dunia teknologi konstruksi.

Penemuannya ini langsung diterapkan pada proyek jalan layang yang sedang ditanganinya. Jadinya tiang penyangga jalan yang sudah kering dan dibangun sejajar ruas jalan lantas diputar 90 derajat melintang jalan. Caranya sepasang piringan baja berdiameter 80 sentimeter, dipasang di bawah tiang penyangga, usai tiang tersebut kering, di dalamnya dipompakan automatic transmission fluid (ATF) atau oli pelumas sebanyak 78, 05 kg/cm2. Dengan teknik ini tiang penyangga yang bobot kepalanya mencapai 480 ton dengan mudah bisa diputar.

Dan jalan layang tol Cawang-Tanjung Priok itu sebagai flyover pertama di dunia yang memakai teknik “pemutaran kepala tiang penyangga jalan terbang”. Berikutnya teknik ini diekspor ke negara-negara di Asia lainnya, seperti Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Minyak Jarak Murni

23 February 2009

Lahir dan besar di pedalaman Sumatera membuat lelaki ini mendendam. Hingga umurnya mencapai angka 14 tahun—sebelum meneruskan pendidikan SMA di Bandung (1970)—ia dan saudara-saudaranya diharuskan mencari kayu guna keperluan bahan bakar ibunya memasak. Dan dendam ini berbuah manis ketika tiba saatnya untuk dipetik. Sebab dari hasil dendam-mendendamnya pada masa lalu ini, ia berhasil menciptakan bahan bakar dari minyak jarak murni.

Bukti nyatanya terjadi di tahun 2006 di Jakarta. Waktu itu untuk kali pertamanya dilakukan uji coba minyak jarak murni sebagai bahan bakar mobil diesel. Dalam uji coba ini digunakan tiga mobil Mitsubishi Strada Double Cab, yang menempuh jarak Jakarta-Bandung (sekira 325 km). Dan uji coba itu pun berlangsung mulus tanpa hambatan.

Pemanfaatan jarak untuk keperluan manusia memang bukan barang baru. Medio 1942-1945, Pemerintahan Militer Jepang memaksa penduduk untuk menanam jarak guna diambil minyaknya. Akan tetapi pemanfaatan minyak jarak di masa itu hanya terbatas pada pelumas senjata saja. Ini jelas teknologi tepat guna sekaligus alternatif. Apalagi di masa-masa sekarang ini, di mana harga BBM naik-naik terus, meski di masa pemerintahan SBY diturunkan hingga tiga kali.

Tetapi siapakah penemunya? Seperti yang sudah disebutkan di atas, dia adalah seorang lelaki, putra Sumatera. Namanya Robert Manurung. Lahir di Onan Ganjang, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Pria ini tetap konsisten meneliti pirolisa biomassa—usaha mencairkan bahan bakar padat (biomassa) secara termal untuk menghasilkan bahan bakar cair, gas yang bisa terbakar, dan padatan berupa arang—seperti cahaya terang di ujung terowongan.

Ketekunannya berangkat dari pemikiran bagaimana membuat potensi alam Indonesia menjadi berkah yang berguna untuk masyarakatnya. Penelitiannya pada jarak pagar (Jatropha curcas L) memperlihatkan secara teknologi sederhana dan ekonomis memungkinkan mengutip minyak jarak untuk menggantikan solar.

Penelitian minyak jaraknya sudah dilakukan sejak 1997, berbarengan dengan rekan-rekannya di ITB (Institut Teknologi Bandung) dengan fokus ekstraksi minyak kelapa dan jarak. Setahun berselang, pada 1998—ketika Krisis Moneter melanda Indonesia—hasil rancangan ekstraksi itu sempat dipamerkan di Istana Kepresidenan di Jakarta Pusat.

Menyelam sekaligus minum air, itulah gambaran yang tepat dalam menggambarkan perjuangannya. Di samping menyelesaikan tiga jenjang pendidikannya S1 di Teknik Kimia ITB, S2 di Technology Asian Institute of Technology (Bangkok) dan S3 di Rijksuniversiteit Groningen (RuG, Belanda), Manurung juga mendalami struktur pelbagai minyak tumbuhan demi kesempurnaan temuan sebelumnya. Sayangnya, dia gagal mendapat dana Riset Unggulan Terpadu sebab dianggap tidak relevan. Justru RuG dari Belanda yang tertarik membiayainya.

Lantas mengapa jarak yang dipilih? Sebab jarak bisa tumbuh di tanah tandus. Hal ini sudah dibuktikannya, saat melakukan kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, serta sejumlah pesantren di Jawa Barat. Hasil kerja sama ini memperlihatkan produktivitas buah hingga 30 kg per pohon per tahun sehingga keekonomisan mampu dicapai pula.

Selain itu, tanaman ini punya beberapa kelebihan. Di samping buahnya dapat menghasilkan minyak murni yang bisa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, ampasnya bisa dimanfaatkan pula menjadi pupuk. Apabila dibanding-bandingkan presentasenya mencapai 40 persen untuk minyak, 60 persen untuk pupuk.

Nah, ternyata ada dendam yang positif juga. Dan jika disama-samakan dengan bohong putih dan bohong hitam, maka dendam yang satu ini digolongkan ke dalam dendam putih. Anda ingin menirunya? Silakan mendendam.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Konstruksi Fondasi Sarang Laba-laba

20 February 2009

Mendengar kata laba-laba, apa yang langsung terbayang di dalam kepala kita? Kebanyakan dari orang mengalihkan pikirannya menuju pelbagai hal yang memang terkenal. Spiderman. Pahlawan super pembela kebenaran, pembasmi kejahatan. Tarantula. Hewan mematikan dari Amerika dan Australia. Atau sarang laba-laba yang lemah dan mudah rusak itu. Memang semua bayangan itu tentu saja tak salah. Sebab, pikiran kita sudah familier dengan informasi semacam ini, sehingga ketika kata laba-laba disebutkan, segera saja pikiran kita melayang ke sana.

Tapi ini bukan bukan soal laba-laba dalam kapasitasnya sebagai binatang. Ini soal konstruksi fondasi laba-laba yang ditemukan oleh duo orang Indonesia tahun 1976 silam. Adalah dua orang Indonesia, Ir. Sutjipto dan Ir. Ryantori, yang menemukannya. Temuan ini berangkat dari sebuah penelitian sebagai solusi terhadap dilema yang selalu muncul, sewaktu merencanakan gedung berketinggian tanggung yang butuh fondasi dangkal—macam gedung berlantai satu sampai delapan.

Tersendatnya pembangunan sebuah gedung merupakan salah satu contoh masalah yang muncul dalam dunia konstruksi. Contoh lainnya ialah timbulnya dilema waktu merencanakan konstruksi yang dihadapkan pada keadaan tinggi atau berat gedung tanggung, daya dukung tanah permukaan rendah atau letak tanah keras cukup dalam. Diberi nama konstruksi sarang laba-laba atau disingkat KSLL karena bentuknya yang mirip sarang laba-laba. Sistem fondasi sarang laba-laba hasil karya bangsa Indonesia asli itu, tak hanya menjawab kebutuhan dunia teknologi konstruksi, dari sistem fondasi yang dari sisi ekonomis (segi biaya) murah. Dalam perhitungan, biaya bisa dihemat hingga 50 persen.

Dari sisi kecepatan waktu, sistem KSLL ini sangat efisien, sebab menerapkan prinsip ban berjalan sehingga pengerjaannya pun lebih cepat ketimbang sistem konstruksi lain. Selain itu sistem KSLL mempunyai multi guna.

Melalui berbagai studi dan diskusi, KSLL terus dikaji. Dari sebuah lokakarya di kota Bandung, Jawa Barat, mengukuhkan bahwa fondasi sarang laba-laba sebagai salah satu alternatif solusi fondasi, dapat dipertanggung jawabkan dan layak dikembangkan. Kini, lisensi untuk pemasaran sistem fondasi KSLL ini dipegang oleh PT. Katama Suryabumi.
Dari 1000 lebih bangunan yang menggunakan sistem KSLL ini, hingga saat ini belum terdapat bangunan yang mengalami keretakan berarti. Ini berarti KSLL memberikan stabilitas yang tinggi, meski terjadi guncangan. Risiko penurunan yang tidak merata, dapat dieliminasi sampai mendekati angka 0. Sistem ini mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur fondasi.

Sang penemu teknik fondasi sarang laba-laba ini, yaitu Ir. Sutjipto, berikut-berikutnya justru lebih populer sebagai politisi daripada populer di bidang konstruksi keahliannya. Pilihannya dalam berpolitik, telah mengantarkan lulusan Insitut Teknologi Surabaya (ITS) yang kemudian menemukan teknik fondasi sarang laba-laba, ini menjadi seorang politisi kaliber nasional. Ahli konstruksi yang temuannya antara lain dipakai di Bandara Hang Nadim, Batam, ini akhirnya lebih mengalir bicara politik ketimbang bidang konstruksi yang juga digelutinya.

Memang, kehidupan politik bisa jadi berawal dari keaktifannya berorganisasi sejak di SMA tahun 1964 yang terus berlanjut sampai ia kuliah di ITS Surabaya. Pada 1986, Sutjipto mulai terjun aktif di Partai Politik sampai mengantarkan pria kelahiran Trenggalek menduduki jabatan sekretaris jendral partai dan kemudian juga pernah dipilih sebagai Wakil Ketua MPR RI.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Satelit Garuda-1

Februari 2000, sebuah satelit anyar diluncurkan, menempati lintasan imajiner yang terletak 36.000 km di atas permukaan bumi. Nama satelit itu adalah satelit Garuda-1. Membikin suprise di dunia pertelekomunikasian, tak saja di Indonesia namun di dunia, yang terlonjak dan kontan menciut nyalinya.

Terang saja dunia tercengang dengan kemampuan Indonesia ini. Sewaktu itu—dapat dikatakan—seluruh satelit telekomunikasi dunia diluncurkan pada orbit rendah (600-1.000 km) dan menengah (7.000 – 10.000 km). Satelit-satelit ini punya kelemahan. Pertama, daya jangkaunya yang terbatas. Padahal untuk bisa meliput sebelah belahan dunia membutuhkan sekira 60 satelit rendah atau 12 satelit berorbit menengah.

Di samping itu, ada kelemahan lainnya, yaitu pengoperasian sistem telekomunikasi satelit pada telepon bergerak kala itu pesawatnya tidak praktis. Bayangkan perangkat telepon bergerak yang digunakan berkomunikasi via satelit punya ukuran hampir sebesar kopor buat traveling. Pengoperasiannya juga memerlukan stasiun bumi, berupa antena parabola berdiameter satu meter.

Demikian pelepasan satelit Garuda-1 ke atas langit jelas menambah gengsi politik dan ekonomi. Di samping sistem FSS (Palapa dan Telkom), Indonesia menjadi salah satu negara pengguna dan pemilik satelit terbesar di kawasan Asia.

Penggagasnya? Jangan heran kalau disebutkan, dia tak lain tak bukan adalah putra Indonesia sendiri. Dia mempunyai nama Adi Rahman Adiwoso. Berbekal keahliannya di bidang telekomunikasi satelit, dia menghasilkan teknologi sekaligus produk baru yang belum ada di pasaran dunia. Teknologi ini memungkinkan komunikasi via handphone mampu dilakukan di mana saja. Meski jaringan kabel belum menjangkau dan telepon seluler konvensional kehilangan sinyal, sistem telekomunikasi temuannya akan tetap “on”.

Inovasi yang dibikin Adi tak cuma memperluas cakupan satelit melainkan memperkecil dimensi pesawat telepon bergerak berbasis satelit ini pula. Daya pancar yang dipunyai Garuda-1 bisa mencapai sebesar 10 kw, karenanya sinyal Garuda-1 dapat diterima dengan handphone yang sekaligus merupakan stasiun bumi. “Inilah stasiun bumi terkecil dan termurah yang pernah dibuat manusia”, tukas Adi sambil menunjukkan telepon genggam Ericsson R190. Jaringan telepon satelit yang menginduk ke Garuda-1 itu selanjutnya dikemas dengan brandmerk Byru.
Kinerja telepon ini sangat bergantung pada Garuda-1, yang pengendali pengontrol satelit ada di Pulau Batam. Di situ juga dibangun pusat kendali jaringan (Network Control Center—NCC), yakni pengatur arus percakapan dengan panel pengaturnya.

Gagasan Adi itu tak diwujudkan sendirian. Manusia memang tak bisa kerja sendirian, butuh orang lain untuk membantunya berhasil. Maka ia menjalin kerja sama dengan beberapa pihak. Sebut saja misalnya, ia membikin satelitnya di Hughes Aircraft—tempat ia pernah makaryo), Amerika Serikat dan R190-nya dipesan ke pabrik handphone kenamaan, Ericsson, Swedia. Toh demikian, blue print-nya tetap dibikin sendiri oleh Adi maupun timnya di PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), yang didirikan Adi dan Iskandar Alisjahbana (guru besar dan mantan rektor ITB) pada 1991. Lahirlah Byru dan Pasti–merek dagang sistem telepon satelit buatan PSN.
Bersama perangkat telekomunikasi PSN ini, Byru, Pasti (Pasang Telepon Sendiri) dan jasa internet Bina (Balai Informasi Nusantara), penduduk daerah yang belum terjangkau jaringan telepon kabel dan nirkabel tetap bisa bertelepon-ria dan seluncur di dunia maya. Pada akhir 2003, PSM mengklaim sudah membebaskan 2.975 desa di 40 kabupaten di Indonesia dari isolasi telekomunikasi dengan perangkatnya yang berbasis satelit.

“Selama di atas kepala terlihat langit, komunikasi lewat telepon genggam bisa dilakukan,” kata Adi—Chief Executive Officer & President Director PT. Pasifik Satelit Nusantara (PSN), yang juga menduduki jabatan yang sama di Asia Cellular Satelite (ACeS).
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Penjernih Air Limbah

Air sumur di rumah Anda tidak jernih? Berbau? Tercemar? Tak perlu khawatir. Ambil saja tawas atau ferri klorida (FeCl3), campurkan di air, lantas diaduk searah dan didiamkan selama kurang lebih limabelas menit. Tunggu. Dan kotoran akan diendapkan. Demikianlah caranya mengatasi air sumur yang tidak beres dengan tawas.
Namun tunggu sebentar. Meskipun berfungsi memisahkan dan mengendapkan kotoran dalam air, dengan lama pengendapan berkisar 12 jam lamanya, tawas tidak berfungsi membunuh kuman atau menaikkan PH dalam air. Selain itu tak semua air bisa dijernihkan dengan cara itu, misalkan air rawa atau gambut yang berwarna coklat kemerah-merahan. Lebih-lebih, tawas merupakan bahan kimia yang tidak selalu tersedia di pedesaan Indonesia.

Masyarakat Indonesia kerap kali dihadapkan pada masalah pengadaan air. Di antara mereka banyak yang terpaksa memakai air permukaan, macam air rawa atau gambut, sungai, telaga dan air genangan atau kubangan. Masyarakat pengguna air seperti ini biasanya ada di daerah Kalimantan, Riau, Papua, dan Bangka. Penggunaan air yang demikian secara higienis tentu tidak layak. Selain masalah kualitas—pencemaran oleh zat kimia maupun jasad renik yang merugikan—air tersebut juga tidak jernih.

Namanya Muhammad Djoko Srihono, lulusan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, menemukan semacam seperangkat penjernih air limbah. Berangkat dari kegelisahannya mencari bahan kimia pengganti tawas inilah, Djoko mulai mencari alternatif penggunaan bahan lokal yang bisa dipakai. Seperti yang bilang Einstein bahwa imajinasi lebih penting ketimbang fakta. Maka Djoko yang aslinya lahir 13 Maret 1946 di Surakarta, Jawa Tengah ini mulai berimajinasi.

Unik? Memang. Proses awalnya tidak dilakukan di laboratorium asli, tapi laboratorium imajiner di dalam otaknya. Ia cukup membayangkan: bahan kimia ini, yang sifatnya begini direaksikan dengan bahan kimia itu yang sifatnya begitu, maka diperkirakan hasil reaksinya adalah anu. Tentunya, imajinasinya tak cuma tong kosong, ia punya banyak referensi pengetahuan semasa kuliah yang memadai sehingga mampu menunjang kinerja saraf-sarafnya.

Baru sesudah merasa cukup mantap dengan hasil hitung-hitung di dalam benaknya, ia melakukan percobaan nyata. Ini demi penghematan bea yang harus dikeluarkan saat percobaan karena harus membeli alat ini-itu. Menurut Djoko, pada dasarnya kekeruhan air disebabkan senyawa kimia. Dalam ilmu kimia dasar yang diajarkan di Universitas Gunadarma (www.ocw.gunadarma.ac.id) penyebab kekeruhan air ada enam, di antaranya: 1) Bahan buangan padat/butiran; 2) Bahan buangan organik; 3) Bahan buangan anorganik; 4) Bahan buangan olahan bahan makanan (termasuk bahan organik); 5) Bahan buangan cairan berminyak; 6) Bahan buangan zat kimia.

Penting untuk diketahui penyebabnya, sebab—untuk dipahami—bentuk molekul senyawa tersebut kemudian dicari gugus molekul yang bisa “diganggu”. Kalau gugus molekul itu bisa “diganggu”, maka keseluruhan molekul senyawa akan goyah. Bila ini terjadi maka para pengotor itu bisa dipisahkan dari air. Dan air menjadi jernih.

Ini yang belum dipikirkan orang lain yang sama-sama berkecimpung dalam dunia jernih-penjernihan dan murni-pemurnian air. Dengan logika seperti itu, Djoko cukup optimis untuk mengatakan, “Sanggup menjernihkan air limbah apa saja kecuali limbah nuklir dan limbah polimer karena saya belum belajar tentang itu.”

Penjernih air sebagai solusi, menurut pandangannya harus memenuhi syarat: “mudah” dan “murah”. “Mudah” berarti tidak diperlukan keahlian khusus dan tanpa prosedur yang rumit untuk menjalankannya. “Murah” berarti biaya yang diperlukan relatif tidak mahal. Memang itulah kenyataannya. Djoko menjelaskan untuk menjernihkan air sebanyak 1 m3 (1.000 liter) dibutuhkan 2 gram formula penjernih temuannya. Bandingkan dengan pemakaian 200 gram air kapur yang diperlukan untuk mengolah air gambut sebanyak jumlah yang sama.

Tidak hanya formula penjernih, tetapi Djoko juga telah merancang alat yang digunakan untuk menjernihkan air. Alat tersebut berupa tabung atau pipa pencampur terbuat dari bahan PVC atau paralon sepanjang + 50 cm dengan tiga lobang yang diberi tiga selang plastik. Ketiga selang tersebut nantinya masing-masing untuk dihubungkan dengan larutan formula penjernih, larutan tawas dan larutan kaporit sebagai disinfektan bila diperlukan.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Mikroorganisme Fuad Affandi

15 February 2009

JIKA Anda baru bangun tidur, jangan buru-buru menggosok gigi Anda, tapi segeralah berkumur-kumur. Jika sudah berkumur-kumur, jangan buru-buru membuangnya pula, tapi siramlah sejumput kotoran. Siapa tahu nanti bisa menjadi pupuk yang menyuburkan tanaman Anda.

Pernyataan di atas bukan isapan jempol belaka, melainkan benar-benar nyata. Meskipun nampak absurd dan menjijikkan. Adalah Fuad Affandi yang menemukannya keajaiban tersebut, pupuk alami berbantu liur bacin manusia. Penemuan Fuad ini menarik. Pasalnya, Fuad sama sekali tak berlatarbelakang pendidikan perguruan tinggi, pun ia bukan seorang ahli bioteknologi. Ia hanya seorang kiai mengasuh sekira 300 santri. Kejelian menangkap kejadianlah yang memberinya inspirasi.

Begitu simpelnya ide ini hingga tak terpikirkan orang lain. Idenya terpantik, sewaktu Fuad berpikir cara untuk mempercepat pembusukan kotoran-kotoran hewan (sapi, ayam, kambing) yang akan dijadikannya pupuk kandang. Proses penghancuran dan pembusukan kotoran-kotoran hewan tadi, normalnya membutuhkan waktu dua hingga empat bulan. Lantas, bagaimana cara mempercepat pembusukannya?

Jawabannya ternyata ada di perut manusia. Bakteri penghancurnya itu lho yang ampuh percepat proses pembusukan makanan. Logika Fuad sederhana pula. "Buktinya, hari ini kita makan, besok keluar sudah busuk," tukas alumni Pesantren Lasem, Jawa Tengah ini.

Apa yang dikatakan Fuad bisa dibuktikan secara ilmiah. Menurut penelitian Laboratorium Mikrobiologi Universitas Padjajaran, Bandung, dalam air liur memang terdapat empat macam bakteri: Saccharomyces, Cellulomonas, Lactobacillus, dan Rhizobium. Bakteri-bakteri ini hidup di lambung manusia. Tak kurang akal, Fuad tahu cara mendapatkan bakteri ini. Kebiasaan makhluk renik itu, kalau tidak ada makanan masuk dalam waktu cukup lama, mereka akan naik menyantap sisa-sisa makanan yang berada di rongga mulut. Karena saat tidur tidak ada makanan yang masuk. Dalam keadaan inilah bakteri-bakteri tersebut berkumpul di mulut. Sudah tahu cara mendapatkannya, Fuad lantas memerintahkan santrinya yang berjumlah 300 orang untuk membuang cairan hasil kumur-kumur pertama sehabis bangun tidur ke dalam kaleng yang telah disediakan di depan penginapan santri.

Selanjutnya Mikroorganisme dalam air liur itu dibiakkan dengan tambahan molase (gula), dedak, dan pepaya ke dalamnya. Beberapa hari berikutnya, liur para santri tersebut berubah menjadi cairan kental berwarna keruh. Baunya pun berubah wangi. Tak lagi berbau “naga”, tapi berbau selaiknya cokelat. Dan jika sudah demikian itu artinya bakteri berbiak dengan subur. Fuad lantas menyiram cairan pekat (bakteri) tersebut ke kotoran ternak dan jerami yang sedang diperam. Hasilnya dahsyat. Tak perlu berlama-lama lagi—hanya dalam tiga hari—kotoran ternak itu hancur lebur dan membusuk. Dan jadilah pupuk kandang siap pakai. Penemuan Fuad ini punya nama, ialah Mikroorganisme Fermentasi Alami disingkat MFA—bisa diplesetkan pula menjadi Mikroorganisme Fuad Affandi. Khasiat MFA ada beberapa ragam, di antaranya: mempercepat ketersediaan nutrisi tanaman, mengikat pupuk dan unsur hara, serta mencegah erosi tanah.

Hebatnya, penemu yang tak mengeyam pendidikan tinggi ini tak berhenti berinovasi hanya sampai MFA. Usai menemukan MFA, berikutnya ia menciptakan tiga jenis pembasmi hama baru, yang dikasih nama Innabat (Insektisida Nabati), Ciknabat (Cikur Nabati), dan Sirnabat (Siki Sirsak Nabati).

Innabat merupakan insektisida yang dibuat dari kacang babi bercampur bawang putih, bawang merah, cabe rawit, dan temulawak. Cara membikinnya juga sederhana: Bahan-bahan tersebut digiling halus sampai menjadi satu, lantas dicampur dengan air tajin (air cucian beras). Campuran itu berikutnya didiamkan sekurangnya 14 hari, sebelum disemprotkan ke tanaman. Ramuan ini ampuh membasmi pelbagai jenis ulat, ngengat, dan lalat yang kerap menyerbu tanaman sayur-sayuran. Nomor dua adalah Ciknabat, yang dibuat dari cikur (kencur) dicampur bawang putih. Ciknabat ini ampuh sebagai fungisida (pembasmi jamur tanaman). Di samping ampuh pula sebagai insektisida. Sebab bau dari kencur dan bawang putih membikin hama sungkan mendekat, meskipun ramuan ini tidak membunuh hama pengganggu tersebut. Sedikit berbeda dengan dua ramuan sebelumnya yang lebih lunak adalah Sirnabat. Ramuan yang dibuat dari gilingan biji sirsak ini merupakan ramuan yang formulanya paling keras yang dibuat Fuad. Ramuan ini akan disemprotkan, jika hama sudah resisten terhadap Innabat maupun Ciknabat.

Ketimbang pupuk dan pestisida kimiawi, buatan Fuad punya beberapa keunggulan. Pertama, dari segi bea praktis lebih murah. Biaya untuk produksinya cuma sekisaran lima belas ribu perak. Untuk produksi tanaman buncis seluas 1 ha, petanis hanya cukup mengeluarkan biaya seratus ribu rupiah. Hasilnya toh tak kalah dengan pupuk kimia—bisa mencapai per hektar sekira 8 ton. Kedua, memakai pupuk dan pestisida alami tentu saja lebih sehat, sebab tak mencemar lingkungan maupun hasil produksinya. Ketiga, harga sayurannya lebih tinggi, karena sayuran terlihat lebih segar, bersih, dan bebas dari zat-zat kimiawi.

Hal ini tentu saja bukan tanpa kendala. Kesulitannya terletak pada mencari bahan bakunya. Contohnya, untuk membikin Innabat, sangat sulit mendapatkan kacang babi. Untuk membikin Sirnabat, biji sirsaknya tidak mudah pula diperoleh. Nah, penemuan ini membuka mata kita bahwa ada hal-hal berguna di sekitar kita, apabila kita jeli dan mau memahaminya. Sekarang tinggal kitanya.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Konstruksi Fondasi Cakar Ayam

Pantai Cilincing, Jakarta Utara, 1961, seorang pria piknik bersama keluarganya. Nama pria itu Sedijatmo, seorang insinyur dari teknik bangunan. Dia, tanpa sengaja, memandang ke sebatang pohon nyiur yang meliuk dan melambai-lambai diterpa angin. Walhasil, bersamaan dengan semua itu terinspirasilah ia.

“Mengapa nyiur mampu berdiri kokoh di tanah lunak, meski angin dan deburan ombak menerpa kencang? Padahal, tubuhnya yang tinggi menjulang hanya ditopang akar serabut yang menunjam ke bumi tak terlalu dalam.” Benak Direktur Dinas Perencanaan dan Pembangunan-Perusahaan Listrik Negara (PLN) dipenuhi pertanyaan-pertanyaan.

Datmo, begitu nama akrab insinyur tersebut, saat itu memang tengah memimpin proyek besar pembangunan tiang listrik tegangan tinggi di daerah Ancol—sebuah kawasan pantai bertanah rawa nan lembek. Lapisan tanah kerasnya di sana baru ada di kedalaman 25 meter.

Begitulah. Terinspirasi pohon nyiur itu, Datmo (waktu itu berusia 52 tahun) termotivasi membikin rancangan fondasi yang cocok diterapkan di tanah tak stabil, macam daerah rawa dan tanah lunak. Jadilah fondasi “yang memiliki akar serabut” pipa beton menyangga konstruksi tower listrik tegangan tinggi. Fondasi itu sendiri dinamainya: Fondasi Cakar Ayam, sebab bentuknya mirip cakar ayam. Secara fisik, bentuk fondasi gaya Sedijatmo ini mirip fondasi tiang pancang.

Sebuah pelat beton menjadi landasan berdirinya tower. Di bawah pelat setebal 10-12 sentimeter itu mencuat pipa-pipa beton berdiameter 50 sentimeter yang satu sama lain berjarak 1-1,5 meter. Kaki-kaki itu menggantung hanya 3,5 meter panjangnya. Hanya saja, pipa ini panjangnya tak seperti tiang pancang yang harus mencapai lapisan tanah keras.

Meski tak sampai mencengkeram tanah keras, kaki-kaki “cakar ayam” itu sudah cukup kuat sebagai stabilisator konstruksi yang sanggup menahan tekanan dari atas dan samping. Padahal dengan metode konvensional, harusnya tower tersebut dibangun dengan fondasi bertiang pancang panjang yang menancap dalam hingga ke lapisan tanah keras. Meski secara fisik mirip cara kerja fondasi konvensional, secara esensial Fondasi Cakar Ayam berbeda.Fondasi ini sangat mengandalkan tekanan pasif tanah dan gaya lateral yang diterima pelat. Itu sebabnya, kedalaman fondasi ini tidak perlu menembus tanah keras. Bandingkan dengan fondasi tiang pancang pada umumnya yang mengandalkan daya dukung tanah keras untuk kekuatannya. Dibandingkan dengan fondasi friction pile pun, Fondasi Cakar Ayam jauh lebih efisien, karena tak harus dilengkapi kaki-kaki panjang.

Sukses pemancangan Fondasi Cakar Ayam di Ancol itu, diikuti keberhasilan pemancangan tower-tower lainnya. Pemakaiannya meluas, tidak hanya terbatas pada konstruksi menara. Bandara Juanda Surabaya dan Bandara Polonia Medan juga memanfaatkan kuatnya cengkeraman cakar-cakar beton temuan pria kelahiran Solo, Jawa Tengah, 24 Oktober 1909 ini. Hasil pengujian di Polonia menunjukkan bahwa Fondasi Cakar Ayam mampu mereduksi hingga 75% tekanan pada tanah di bawah landasan pacu. Konstruksi cakar ayam ini telah menunjukkan keandalannya, bahkan pasca diuji puluhan tahun.

Yang paling monumental ialah Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng. Dari 1.800 hektar (18 km persegi) pengerasan lahan di sana, 120 hektar di antaranya memanfaatkan teknologi cakar ayam. Pemakaiannya mulai dari apron (tempat parkir pesawat terbang), taxi way, hingga landasan pacu di bandara yang tata bangunannya mendapat penghargaan arsitektur Lansekap Aga Khan pada 1995 itu.

Fondasi Cakar Ayam mencatat sejumlah kelebihan dibandingkan fondasi jenis lain. Karena fondasi ini letaknya tidak berada jauh dari permukaan tanah, pengerjaannya jauh lebih sederhana ketimbang jika harus memancang atau mengebor tanah.Biaya yang dihemat bisa sampai 30%, karena pengerjaannya lebih cepat dan material yang diperlukan lebih sedikit.

Fondasi Cakar Ayam temuan Sedijatmo mendapatkan paten dari pelbagai Negara, yaitu Indonesia, Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Italia, Belgia, Belanda, Denmark dan Jerman. Sebagai sebuah teknik, Fondasi Cakar Ayam telah membuktikan mampu memberikan solusi di zamannya.

Namun, Sedijatmo tak hanya menemukan Fondasi Cakar Ayam, ayah lima anak ini juga pemegang paten pipa pesat dan penemu pompa air curug. Bahkan, pada 1971, saat usianya mencapai 62 tahun, alumnus Technische Hoge School (THS)—sekarang ITB—ini masih berkarya. Dengan memperkenalkan teknik “Bahari Ontoseno”, sebuah sistem pembuatan jembatan di sungai yang lebar macam do Kalimantan.

Karena karyanya, maka Sedijatmo memperoleh penghargaan Bintang Mahaputra Kelas I dari pemerintah Indonesia. Pun namanya sekarang diabadikan sebagai nama jalan tol di Bandara Soekarno-Hatta hingga kini.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Kapal Ikan Bersirip

13 February 2009

SEORANG sastrawan bisa menemukan inspirasi di manapun mereka berada. Waktu berjalan-jalan di taman bebungaan, ia terinspirasi oleh bunga-bunga sekitar. Ketika berada sepi memancing di kali, ia memikirkan ide yang banyak. Bahkan, ketika sedang berada di kakus, bisa mendadak mendapat inspirasi. Tapi tak hanya sastrawan yang bisa terinspirasi. Semua orang pun bisa.

Contohnya adalah Alex Kawilarang Warouw Masengi, seorang Dekan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratunlangi (Unsrat), Manado. Gara-gara terinspirasi ikan terbang, ia menciptakan teknologi kapal ikan bersirip (sudah dipatenkan di Jepang). Teknologi yang memungkinkan kapal ikan tidak mudah goyah saat diterjang gelombang besar dan stabilitas kapal bisa tercapai. Stabilitas kapal ialah kemampuan kapal untuk balik dalam posisinya yang semula seusai mengalami guncangan. Dan merupakan rangkaian kombinasi antara ukuran yang cocok dan pembagian berat muatan, yang memungkinkan kapal mengikuti ayunan angin dan gelombang, serta selalu dapat kembali tegak dan seimbang.

Ceritanya, sewaktu ia menciptakan teknologi ini, ia sedang mencermati ikan terbang antoni (torani)—mulai dari bentuk tubuh yang montok, sirip, kepala, serta pergelangan ekornya. Dia heran melihat ikan tersebut mampu melayang-layang di atas permukaan air laut. Tubuhnya terangkat lewat pergerakan sirip yang relatif panjang dan dorongan pergerakan tubuhnya sendiri. Ikan ini bisa terbang tinggi bagaikan pesawat udara yang melayang-layang rendah di atas permukaan laut.

"Bentuk tubuh dan sifat-sifat khas ikan antoni inilah yang saya terapkan menjadi desain badan kapal ikan, berikut pemasangan sirip pada bagian lambung kapal. Hasilnya, tingkat kestabilan kapal ikan relatif menjadi lebih tinggi ketimbang jenis kapal ikan lain," tukas pakar teknik perkapalan perikanan lulusan The Graduate School of Marine Science and Engineering Nagasaki University, Jepang, tahun 1993 ini.

Dari inspirasi inilah, Alex—demikian ia akrab disapa—melakukan sejumlah pengkajian dan uji coba. Hasilnya? Stabilitas kapal ikan bersirip, rata-rata melebihi kapal ikan biasa. Hasil ini bisa dibilang cukup menggembirakan. Sebab Alex sudah mengkaji risetnya ini lebih dari satu dasawarsa lamanya, yaitu enam belas tahun. Pengujian dilakuan di Laut Cina Timur, Teluk Ohmura Nagasaki, Perairan Jepang Timur, Teluk Manado, dan perairan di sekeliling Kota Bitung. Sementara, uji laboratorium telah dilakukannya, di beberapa laboratorium ternama, macam: Laboratorium Kapal Ikan di Fakultas Perikanan Hokkaido University, Japan Fisheries Engineering Laboratory, Faculty of Ship Building Soga University, Nagasaki.

Hasil pengujian stabilitas terhadap kapal ikan tipe sabani dari Okinawa menggunakan sirip dalam kondisi statis naik 17 persen. Adapun kala kapal berada dalam kondisi dinamis atau sedang bergerak, tingkat stabilitasnya malah semakin naik, yaitu 22 persen. Dengan melakukan metode yang sama, telah diujicobakan pula beberapa kapal ikan tipe pamo—biasa dipakai nelayan-nelayan di Sulawesi Utara—baik dalam ukuran nyata maupun dalam skala model. Dan hasilnya diperoleh stabilitas kapal pamo dalam kondisi statis meningkat 19 persen. Sedangkan dalam keadaan dinamis meningkat 28 persen. Dashyat.

Atas semua-mua pembuktian tersebut, temuan teknologi kapal ikan bersirip yang didesai berdasar bentuk tubuh ikan antoni, kini sudah dipatenkan atas nama Alex Masengi di Jepang.

Dan, secara rutin, Alex diminta menjadi pembicara dan dosen tamu pada pelbagai kampus di Jepang dan Perancis. Pun sebuah perusahaan galangan kapal di Jepang saat ini, sedang bersiap-siap memproduksi secara massal kapal-kapal ikan bersirip yang teknologinya ditemukan Alex tersebut.

Alex tak memiliki garis keturunan seorang pelaut ataupun nelayan. Bahkan, ia tak besar di lingkungan pesisir. Dia lahir dan besar dalam lingkungan petani di Desa Kinilou, Tomohon, tempat kelahirannya. Dia akrab dengan pertanian palawija, hortikultura, serta budidaya tambak air tawar. Hal ini mengingatkan kita pada sosok Marcopolo yang tak memiliki darah keturunan pelaut, tetapi tetap menjadi pengarung samudra ulung.

Kini, meski ahli kelautan ini mendapatkan rejekinya dari laut, namun Alex yang tetap mencintai alam pegunungan. Karena itu, ia menetap di kaki Gunung (api) Lokon, Kota Tomohon—tepatnya di Desa Kinilou. Rumahnya yang sederhana dikelilingi tambak dan telaga lengkap dengan budidaya ikan mas dan mujair. Pada bagian depan rumahnya terlihat beberapa rumpun pohon bambu yang turut menambah semarak lingkungan rumahnya. Bahkan, rumahnya kerap dimanfaatkan sebagai tempat pertemuan dosen-dosen fakultas perikanan dan ilmu kelautan.

Alex bersekolah di Fakultas Perikanan Unsrat, setelah sempat bekerja di sebuah perusahaan ikan, dan lulus tahun 1984. Selulusnya dari sana, ia mengikuti program master di Faculty of Fisheries Nagasaki University pada 1990. Dan meraih gelar doktor di The Graduate School of Marine Science and Engineering Nagasaki University, Jepang, tahun 1993.

Selain tetap aktif di dunia pendidikan, pun Alex dikenal luas di Sulawesi Utara sebab kegiatannya di pelbagai organisasi pemuda. Saat ini ia tercatat sebagai Wakil Ketua Komisi Pemuda GMIM (Gereja Masehi Injili di Minahasa)—salah sebuah gereja terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Ia juga menjadi anggota tim akademisi muda Unsrat yang secara aktif menjelaskan posisi, visi, dan misi Unsrat ke depan.

ALEX sering menyampaikan makalah ilmiahnya di berbagai kampus ternama di Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat. Dan pernah menjadi konsultan teknik pada Reedbed Technology, Liverpool, Inggris. Di Jepang namanya tercatat sebagai anggota konsultan pembuatan kapal Nagasaki Dream, konsultan pembuatan kapal layar Michinoku-Indonesia.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Serupa Tapi Benar-benar Beda

05 December 2008

Awalnya saya juga terkejut, waktu itu saya ada di warnet dan muter-muter, ngobok-ngobok file komputer-komputer tetangga, eh tak dinyana ketemu sama gambar-gambar ini. Barangkali ini merupakan jawaban, kenapa mas-mas yang udah ditembak ini, bisa sedemikian terkenal menjelang eksekusi mati. Yup, ternyata mereka memiliki wajah yang familier dengan artis-artis kita. Iseng betul orang-orang yang sempat mencari-cari kesamaan di antara mereka bertiga, dengan sekumpulan artis-artis ibukota. Tapi saya cukup salut, karena mereka (orang-orang yang iseng mencari-cari itu) punya daya humor yang lumayan tinggi.

Lagian, karena mengena syarat humor saya gambar ini juga saya unggah, semoga yang disama-samain nggak marah, karena mereka bukan teroris, mereka serupa tapi benar-benar beda. Hahaha... piss man...








Continue Reading...

Gitaris Merangkap Sound Engineering

27 November 2008

Debutnya bersama Slank dimulai ketika Slank merilis album Tujuh (1997). Waktu itu Slank tengah sakit akut. Formasi ketigabelasnya, iaitu Bimbim, Kakaa, Bongky, Indra, Pay, pecah akibat pengaruh drugs. Meninggalkan dua orang personelnya, Bimbim dan Kaka, pada titik nadir yang mengenaskan.

Padahal bersama formasi ketigabelas itulah Slank berhasil menundukkan keangkuhan industri musik tanah air. Dan menorehkan segurat namanya. Sehingga Slank pun dipersilahkan menjadi salah satu pemain di sana, hingga grup yang lahir di Gang Potlot, Jakarta Selatan, sekira 1983 ini menjadi bagian besar dari industri musik Indonesia sekarang ini. Industri musik tanah air waktu itu, tak seperti sekarang yang relatif lebih mudah menembus dapu rekaman. Industri pada masa awal-awal Slank berkiprah amat keras, selektif memilih musisi-musisi yang pantas orbit.

Ketika Bongky, Indra, Pay (kelak membentuk BIP) hengkang, otomatis terjadi kekosongan. Slank memformat formasi anyar, formasi keempatbelas, untuk dapat mempertahankan eksistensinya. Saat itulah grup yang album pertamanya bertajuk Hei…Suit…Suit.. ini menarik tiga personel lain untuk menggantikan mereka yang telah out. Di antara tiga orang itu ialah Abdee Negara. Seorang lelaki kelahiran Donggala, Sulawesi Selatan yang hijrah ke Jakarta demi mewujudkan mimpinya: menjadi seorang musisi profesional.

Abdee, begitu ia akrab disapa, pernah tercatat ngejam bareng dengan beberapa band, sebelum akhirnya singgah dan menetap di Slank hingga kini. Ia juga sempat main band bareng Ecky Lamoh, Gideon Tengker, Henry Supit. Jam terbangnya sudah tinggi saat itu, makanya ia mencoba-coba menjadi session player untuk musisi-musisi lain yang membutuhkan bantuannya. Mulai dari Ermy Kulit hingga Trio Kwek-Kwek.

Salah satu unsur khas bermusiknya dan dimasukkan ke dalam Slank ialah permainan Slide, seperti yang ia tunjukkan dalam lagu "Virus", dan gaya bermusik yang sangat nge-blues, seperti ditunjukkannya pada awal-awal debutnya barengan Slank.

Ia termasuk salah seorang musisi bertangan dingin. Pria yang lahir tanggal 28 Juli 1968 ini tidak hanya tercatat sebagai personel Slank. Melainkan juga sebagai sound engineer dan produser grup-grup musik lain untuk diorbitkan, macam: Serius. Dan sebagai salah seorang teaching clinic di majalah G Plus dan endorser artist untuk gitar bermerk Extreme. [Lilih Prilian Ari Pranowo. 2008]

gambar diunduh dari http://www.gitaris.com/
Debutnya bersama Slank dimulai ketika Slank merilis album Tujuh (1997). Waktu itu Slank tengah sakit akut. Formasi ketigabelasnya, iaitu Bimbim, Kakaa, Bongky, Indra, Pay, pecah akibat pengaruh drugs. Meninggalkan dua orang personelnya, Bimbim dan Kaka, pada titik nadir yang mengenaskan.

Padahal bersama formasi ketigabelas itulah Slank berhasil menundukkan keangkuhan industri musik tanah air. Dan menorehkan segurat namanya. Sehingga Slank pun dipersilahkan menjadi salah satu pemain di sana, hingga grup yang lahir di Gang Potlot, Jakarta Selatan, sekira 1983 ini menjadi bagian besar dari industri musik Indonesia sekarang ini. Industri musik tanah air waktu itu, tak seperti sekarang yang relatif lebih mudah menembus dapu rekaman. Industri pada masa awal-awal Slank berkiprah amat keras, selektif memilih musisi-musisi yang pantas orbit.

Ketika Bongky, Indra, Pay (kelak membentuk BIP) hengkang, otomatis terjadi kekosongan. Slank memformat formasi anyar, formasi keempatbelas, untuk dapat mempertahankan eksistensinya. Saat itulah grup yang album pertamanya bertajuk Hei…Suit…Suit.. ini menarik tiga personel lain untuk menggantikan mereka yang telah out. Di antara tiga orang itu ialah Abdee Negara. Seorang lelaki kelahiran Donggala, Sulawesi Selatan yang hijrah ke Jakarta demi mewujudkan mimpinya: menjadi seorang musisi profesional.

Abdee, begitu ia akrab disapa, pernah tercatat ngejam bareng dengan beberapa band, sebelum akhirnya singgah dan menetap di Slank hingga kini. Ia juga sempat main band bareng Ecky Lamoh, Gideon Tengker, Henry Supit. Jam terbangnya sudah tinggi saat itu, makanya ia mencoba-coba menjadi session player untuk musisi-musisi lain yang membutuhkan bantuannya. Mulai dari Ermy Kulit hingga Trio Kwek-Kwek.

Salah satu unsur khas bermusiknya dan dimasukkan ke dalam Slank ialah permainan Slide, seperti yang ia tunjukkan dalam lagu "Virus", dan gaya bermusik yang sangat nge-blues, seperti ditunjukkannya pada awal-awal debutnya barengan Slank.

Ia termasuk salah seorang musisi bertangan dingin. Pria yang lahir tanggal 28 Juli 1968 ini tidak hanya tercatat sebagai personel Slank. Melainkan juga sebagai sound engineer dan produser grup-grup musik lain untuk diorbitkan, macam: Serius. Dan sebagai salah seorang teaching clinic di majalah G Plus dan endorser artist untuk gitar bermerk Extreme. [Lilih Prilian Ari Pranowo. 2008]

Gambar diunduh dari www.gitaris.com
Continue Reading...

Meretas Jalan, Agnes Bermimikri

26 November 2008

Dalam berpenampilan Agnes memang terkenal kontroversial. Ia selalu berubah-ubah. Gaya barat gaya timur dicomotnya, diadopsinya. Laiknya seekor bunglon yang bermimikri untuk beradaptasi dalam perubahan lingkungannya. Agnes bermimikri untuk beradaptasi melempengkan jalannya ke puncak ketenaran di panggung hiburan.

Ia masih imut-imut waktu itu, ketika dirinya masih dikenal sebagai penyanyi cilik dan presenter Tralala Trilili di RCTI. Namun siapa nyana, waktu bersicepat dengan umur manusia dan kedewasaannya. Selang beberapa tahun kemudian persepsi masyarakat terhadap dirinya berangsur-angsur berubah. Itu terjadi manakala, ia menelurkan album dewasa pertamanya bertajuk: And the Story Goes. Album yang menandai perubahan pada dirinya. Dari bentuk fisik, pemikiran hingga penampilan.

Khususnya dalam hal penampilan ini nampaknya Agnes sadar betul-betul. Sebagai seorang gadis yang beranjak dewasa sekaligus publik figur, ia tidak dapat lagi berpenampilan imut-imut. Oleh sebab itu seiring pertambahan usia dan perkembangan fisiknya, ia mengubah penampilannya untuk memperlihatkan image atau citranya pada para penggemarnya. Tak tanggung-tanggung, orang yang dikiblatinya ialah Britney Spears, seorang penyanyi yang sempat menjadi trendsetter dunia hiburan internasional asal Amerika. Sehingga berubahlah ia, dari cewek imut-imut menjadi cewek super seksi ber-sex appeal tinggi. Dengan busana-busana yang super mini. Sehingga ia pun kerap disebut-sebut tiruannya Britney Spears.

Tapi panggung hiburan selalu dinamis. Panggung hiburan menata gayanya sendiri setiap waktu agar penonton tak jenuh dengan tampilan yang itu-itu saja. Pun dengan Agnes, jika ia tetap menjadi “Britney Spears”, para fansnya akan menganggapnya membosankan. Berangkat dari sana, Agnes berubah lagi. Masih mengusung mode barat, ketika meluncurkan album kedua, ia berdandan ala street culture. Dandanan street culture ini mengubah bentuk rambutnya menjadi lebih “liar”. Kemudian di album ketiga, ia mengadopsi dandanan harajuku style—sebuah dandanan yang berasal dari Jepang.

Karena perubahan-perubahan ini, banyak kalangan menilai Agnes meniru trendsetter. Akan tetapi, mengenai hal ini, Agnes punya pendapat sendiri dan ini dikatakannya berulang-ulang. Ia hanya ingin tampil menjadi diri sendiri. Meskipun gaya busananya selalu berubah-ubah. Strategi ini terbukti jitu mendongkrak rating dirinya sebagai artis terseksi 2005 versi polling detikhot episode 7-14 September 2005. Mengalahkan empat saingannya, Leony, Dea Ananda, Eno Lerian, Marshanda.

Namun, terlepas dari soal polling dan seksi-seksian, Agnes memang bukan artis karbitan, ia telah berproses sedari kecil. Impiannya besar ialah tak sekedar hanya bisa berkiprah di dunia hiburan tanah air. Ia ingin bisa berkiprah di dunia hiburan internasional, menyusul Krisdayanti dan Anggun C Sasmi yang lebih dulu dikenal di kancah internasional. Oleh sebab itu, ketika ada tawaran untuk main film bareng F-Tse, ia mengangguk cepat. Meski di film tersebut ia belum menjadi pemain utama.

Nama lengkap yang diberikan ayah-ibunya ialah Agnes Monica Sukma. Ia lahir di Jakarta pada 1 Juli 1986, dari pasangan suami-istri: Ricky Mulyono (ayah) dan Jeanny Siswono (ibu). Sejak kecil telah meniti karir di dunia hiburan tanah air sebagai seorang penyanyi cilik. Tembangnya yang terkenal ialah Si Meong, Yess dan Bala-bala. Memasuki masa puber, Agnes yang suka dengan warna kuning, biru, dan hitam ini merambah dunia presenter di dua stasiun televisi sekaligus. Ialah program anak-anak VAN (Video Anak Anteve) dan Tralala-Trilili di RCTI.
Sebagai penyanyi cilik, ia terbukti cukup sukses. Setidaknya empat album telah dihasilkannya, yaitu Si Meong (MM Records), Yess—duet sama Eza Yayang (AE Records-Musica Records), Bala-bala dan Tralala Trilili.

Agnes Monica dikenal multi talenta. Bakatnya tak hanya di bidang nyanyi dan presenter, tapi juga akting. Banyak sudah sinetron yang diperaninya, dua buah di antaranya ialah Lupus Milenia dan Pernikahan Dini. Untuk sinetron Pernikahan Dini, Agnes membintangi peran utama sekaligus sebagai penyanyi soundtracknya.

Itu belum ditambah sederet penghargaan yang pernah diraihnya, yaitu:

1. Favourite Female Kids Show Presenter Panasonic Awards 1999
2. Favourite Female Kids Show Presenter Panasonic Awards 2000
3. Favourite TV Drama Star Panasonic Awards 2001
4. Favourite TV Drama Star Panasonic Awards 2002
5. Famous Actress SCTV Awards 2002
6. Favourite TV Drama Star Actress Panasonic Awards 2003
7. Best New Comers Female Singer Planet Music Awards 2004 in Singapore
8. Famous Actress SCTV Awards 2004
9. Best Pop Duo/Group AMI Samsung Awards 2004
10. Best Pop Female Solo AMI Samsung Awards 2004
11. Best Dance/Techno Art Production AMI Samsung Awards 2004
12. Famous Artist SCTV Awards 2005
13. Favourite Actress Jawa Pos Awards 2006
14. Favourite Pop Solo Album SCTV Music Awards 2006
15. Best Actress VMI Indosiar 2006
16. Best Actress MTV Indonesia Music Awards 2006
17. Favourite Female TV Drama Star Actress Panasonic Awards 2006
18. Favourite Female Solo Singer Deteksi Jawa Pos Award 2006
19. Phenomenal New Genration Indonesian Music Artist - Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Artis, Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Penata Musik Rekaman Indonesia 2006.
20. Best Rhythm & Blues Production AMI Award 2006
21. Best Pop Female Artist AMI Award 2006

Setelah sebegitu banyak prestasi yang telah ditorehnya di dunia hiburan tanah air, mampukah Agnes menggapai impiannya? Melempengkan jalannya di panggung dunia hiburan internasional. [Lilih Prilian Ari Pranowo. 2008]
Continue Reading...

Nasionalisme Indonesia di Tengah Globalisasi

27 October 2008

--Memperingati 80 Tahun Sumpah Pemuda--

Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut Hindia Belanda. Juga tidak Hindia saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.

(Mohammad Hatta)

Delapan puluh tahun silam, tepat pada 28 Oktober 1928, para pemuda yang tergabung dalam organisasi berbagai daerah Indonesia berkumpul di Jakarta. Mereka bersepakat kata menyeru satu kesatuan bangsa. Sumpah pemuda istilah yang dipakai untuk menamai kesepakatan itu, dengan tiga butir perjanjian termaktub di dalamnya. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia; Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia; Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbahasa satu bahasa Indonesia. Apa persamaan kata dari ketiga janji yang diucapkan pada kongres pemuda tersebut? Jawabannya adalah Indonesia. Kata ini disepakati oleh para pemuda yang mengaku mewakili bangsanya sebagai identitas kebangsaan. Dengan demikian, mereka pulang sambil membawa rasa bangga. Karena telah berhasil membangun building nation, dengan satu kata: Indonesia. Oleh sebab itu, bangsa yang belum memiliki negara itu merasa menjadi satu. Dari Sabang sampai Merauke. Saat itu mereka telah punya identitas. Penguat erat kebersamaan seluruh rakyat di berbagai belahan negeri Hindia Belanda.

78 TAHUN PERJALANAN MEMBENTUK IDENTITAS
Apabila ditelusuri lebih lanjut, sebenarnya makna kata Indonesia ini jauh lebih dalam dari penyebutannya untuk kali pertamanya, yang hanya merupakan satu kata di sebuah artikel yang ditulis Logan. Dalam perkembangan lebih lanjut, kata Indonesia mempunyai kesaktian tersendiri. Di mana kata ini mengacu pada keinginan rakyat Bumiputera untuk merdeka. Lepas dari Hindia Belanda.

Bermula pada tujuh puluh delapan tahun sebelum adanya sumpah pemuda, seorang Skotlandia pengelola majalah ilmiah tahunan, James Richardson Logan (1819-1869), mencetuskan sebuah istilah, yang kelak dijadikan identitas khas untuk tanah air ini. Pembuatan identitas ini sendiri muncul karena ia enggan memakai nama Indian Archipelago (istilah yang kerap digunakan untuk menyebut wilayah Indonesia waktu itu), yang dirasa terlalu panjang dan membingungkan. Oleh sebab itu, Logan memutuskan memungut nama Indunesia (istilah yang dibuang George Samuel Windsor Earl, yang mencetuskan istilah Indunesia pertama kalinya) dan mengganti huruf U dengan O agar penyebutannya lebih baik. Tulisan Logan itu bertajuk The Etnology of the Indian Archipelago: Embracing Enquires into the Continental Relations of the Indo-Pasific Islanders. Dimuat dalam majalah tahunan bernama JIAEA (Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia) dan tercetak dalam halaman 254. Istilah Indonesia pun muncul, meski belum popular.

Kemudian, istilah Indonesia mulai dipopularkan Adolf Bastian (1826-1905), yang memuatnya dalam buku Indonesien order die Inseln des Malayischen Archipels (1884). Buku ini terkenal di kalangan sarjana Belanda, hingga muncul anggapan bahwa istilah ini dibuat oleh Bastian. Padahal Bastian mengambilnya dari tulisan-tulisan Logan. Kekeliruan ini dicatat dalam Encyclopedie van Nederlandsche-Indie tahun 1918. Eduard Douwes Dekker (Multatuli) dan kemudian Ernest François Eugène Douwes Dekker (Dr. Setiabudi) pun menggunakan istilah Insulinde yang berarti Kepulauan Hindia. Tetapi, istilah Insulinde ini kurang mendapat tempat—barangkali karena penyebutannya yang sulit.

Jauh setelah itu, orang-orang Bumiputera yang melek politik, mengambilnya untuk identitas kebangsaan. Bumiputera pertama yang menggunakan nama Indonesia adalah Soewardi Soerjaningrat. Pada 1913, karena tulisannya Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Saya Seorang Belanda), Soewardi dikirim ke Belanda. Setibanya di sana, ia—yang tetap berkecimpung dalam dunia politik—mendirikan sebuah kantor berita yang pertama Indonesia di luar negeri bernama Indonesisch Pers Bureau.

Sekurun 1920-an, kata Indonesia mulai maknanya dipakai untuk keperluan politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan! Kemudian, atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, pada 1922 organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau dengan lain bahasa berarti Perhimpoenan Indonesia. Nama majalah PI pun turut berganti, dari Hindia Poetra menjadi Indonesia Merdeka.

Sementara, Mohammad Hatta sibuk dengan PI di Belanda, di tanah air pergerakan tetap bergeliat. Tercatat, setidak-tidaknya, ada tiga organisasi tanah air yang mula-mula menggunakan nama Indonesia. Dr. Soetomo meneguhkan istilah Indonesia dengan mendirikan Indonesische Studie Club pada 1924. Dan Perserikatan Komunis Hindia yang dikukuhkan namanya tahun 1922, berganti nama menjadi PKI (Partai Komunis Indonesia). Jong Islamieten Bond juga tak ketinggalan kereta. Pada 1925, organisasi ini membentuk bagian kepanduan, bernama Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Pada akhirnya nama Indonesia pun dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada rapat Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini disebut Sumpah Pemuda.

INDONESIA DULU DAN KINI
Menyitir sebuah anekdot: mengapa gerakan separatisme di Indonesia makin marak, bukan saja di Aceh, Maluku, tetapi juga di Papua? Jawaban Arswendo, PDI-P-lah yang harus bertanggung jawab, jelas-jelas Indonesia sudah lama merdeka, mengapa partai itu selalu meneriakkan yel-yel, “Merdekaaa...Merdekaaa!!”

Sekilas anekdot yang dilontarkan Arswendo tersebut memang hanya sebuah guyonan untuk membuat tertawa. Akan tetapi, kita bisa melihat kenyataannya. Setelah 63 tahun Indonesia merdeka, benih-benih keretakan yang ada malah menampakkan diri secara jelas di depan mata. Nampaknya pernyataan SATU, seperti diikrarkan bersama pada kongres sumpah pemuda pun mulai meluntur. Penyebabnya? Banyak faktor. St Sunadi, mengatakan dalam Kompas edisi 27 Oktober 2008, saat ini dimensi nasionalisme menjadi lebih rumit daripada sekedar kesamaan sejarah, suku, bangsa, atau budaya. Dahulu musuh bangsa kita itu sama, yaitu penjajah atau Belanda. Sekarang pasca kemerdekaan, persoalannya jelas terletak pada jaminan keamanan, kesejahteraan dan masa depan. Berbicara mengenai nasionalisme tanpa bicara kesejahteraan adalah omong kosong.

Hal tersebut secara tidak langsung justru didukung oleh pemerintah sendiri. Kebijakan yang dibuat tampaknya kerap bertolak belakang dengan kondisi real di lapangan. Sebut saja, investasi asing yang berlebihan, dan tidak diseimbangkannya kebijakan yang memihak perekonomian rakyat. Selain itu, praktek otonomi daerah juga mencerminkan kemunduran nasionalisme karena dilakukan dengan semangat kesukuan “hanya putera daerah yang boleh jadi pemimpin”.

Bisa jadi ini merupakan tanda belum ada kemajuan apapun bagi nasionalisme di Indonesia. Masih dapat kita jumpai borok-borok masa kolonial bercokol di berbagai bidang di negara ini. Macam tingginya tingkat kriminalitas, korupsi, pungli, kemiskinan, banjir dan lain sebagainya. Lalu apa bedanya Indonesia sekarang dan dulu? Sepertinya sejarah Indonesia mengulangi pola yang masih sama, ketika masih berbentuk Hindia Belanda. Jelas bertentangan dengan cita-cita para founding father negara ini. Nasionalisme Indonesia benar-benar diuji dalam arus global. Hal ini harus segera diatasi secepatnya, agar terbuka jalan ke arah yang lebih baik. Apabila kita sebagai bangsa tidak mau beradaptasi cepat di tengah arus perubahan yang penuh kompetitif, siap-siap saja negara Indonesia mandek dan gulung tikar.


DAFTAR RUJUKAN

I. BUKU
Nalenan, Arnold Mononutu; Potret Seorang Patriot, Jakarta: Gunung Agung, 1981.
Darminto M. Sudarmo, Anatomi Lelucon Indonesia, Jakarta: Kompas, 2004.

II. KORAN
, Tantangan Berat Nasionalisme; Kemiskinan, Korupsi, dan Kepentingan Golongan Ancaman bagi Nasionalisme, Kompas, 27 Oktober 2008.
Rikard Bangun, Butuh Banyak Sumpah Pemuda, Kompas, 27 Oktober 2008.

III. WEBSITE
Irfan Anshory, Asal Usul Indonesia, www.fahroe.wordpress.com, tanggal akses 25 Oktober 2008.
Batara R. Hutagalung, Asal Usul Kata Indonesia, www.batarahutagalung.blogspot.com, tanggal akses 25 Oktober 2008.
Doeljoni, Asal Usul Nama Indonesia, www.doeljoni.blogsome.com, tanggal akses 25 Oktober 2008.

(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

WOLTER SANG PEMIMPIN

Monginsidi ditangkap. Ia memimpin massa pemuda dalam sebuah serangan merebut Makassar yang dikuasai NICA (Nederlands Indies Civil Administration) tanggal 28 Oktober 1945. Padahal umurnya baru setingkat anak SMP waktu itu. SMP Nasional bentukan Dr. Ratulangie dan Lanto Daeng Pasewang. Itulah awal petualangan Wolter memberontak penjajah Belanda.

Seusai dibebaskan tanggal 1 Januari 1946, hati Wolter Monginsidi tetap bergolak. Ia meninggalkan buku dan bangku sekolahan mengikuti arah kehendak hatinya. Benih-benih yang tersemai ditambah cerita-cerita pemberontakan yang pernah dibacanya meyakinkannya untuk (harus!) melakukan perjuangan. Ia telah sampai pada kesimpulan, mempertahankan dan membela kemerdekaan Indonesia merupakan prioritas utama. Apalagi, anak seumuran dia pada waktu itu sudah melek politik.

Tak hanya piawai menggunakan bahasa lain selain bahasa ibunya, Monginsidi ciamik juga berorganisasi. Sekurun 17 Juli 1946, ia membentuk organisasi perjuangan bernama LAPRIS (Laskar Pemberontak Rakjat Indonesia Sulawesi), sebuah badan yang mengkoordinir barisan-barisan bersenjata di Sulawesi Selatan. Dalam organisasi yang memiliki anggota sekurang-kurangnya 26 organisasi bersenjata ini, Wolter menjadi Sekretaris Jenderalnya, usianya masuk 21 tahun. Daerah operasi mereka ada di sekitar Makassar, Gowa, Djaneponto, Malino, Tjamba dan lain-lain. Sejak saat itu, bersama kawan-kawannya, ia mulai bergentayangan memburu NICA. Ia liat dan sukar ditangkap. Terbukti, NICA musti mengeluarkan pengumuman: “bagi siapa pun yang berhasil menangkap Wolter Monginsidi akan diberi hadiah”. Akan tetapi, Wolter tetaplah Wolter, ia seorang militan yang ulung. Ancaman tersebut tak membuatnya gundah apalagi menyerah kalah. Ia membuktikan pada Belanda bisa berbuat semaunya.

Pun sepintar-pintarnya Wolter, ia seperti tupai melompat yang akhirnya terjatuh. Ketika, pada 3 November 1946, Monginsidi memimpin pertempuran di dekat Barombang, ia mendapat luka parah. Kedatangan Kapten Raymond Westerling—seorang militer Belanda yang terkenal dengan operasi pembersihan melawan para gerilyawan sekitar akhir 1946, membuat keadaan bertambah parah. Para gerilyawan berada dalam posisi tidak menguntungkan. Mereka terus-menerus digiring pada suatu keadaan yang menjepit. Hingga akhirnya, pada 28 Februari 1947, Monginsidi bersama beberapa orang kawannya tertangkap dan dijebloskan ke dalam penjara Hogepad, Makassar.

Monginsidi adalah putra Mamalayang, Manado. Dia dilahirkan tanggal 14 Februari 1925. Mencecap pendidikan yang jauh dari jalur militer. Tapi cinta betul pada buku-buku bacaan yang mengisahkan pemberontakan-pemberontakan. Macam pemberontakan rakyat Austria melawan Prancis. Apalagi, banyak para pemuda Indonesia waktu itu sadar dengan keadaan dan situasi yang dialami bangsanya. Dia dikenal sebagai orang yang tenang dalam setiap kondisi.

Usai ditangkap pada 28 Februari 1947, Wolter sempat melarikan diri pada 17 Oktober 1948. Akan tetapi, berhasil ditangkap kembali pada 26 Oktober 1928. Penangkapan ini merupakan penangkapan terakhirnya. Karena ketakutan pihak Belanda terhadap dirinya, ia cepat-cepat diadili di bulan Maret 1949. Kemudian divonis bersalah atas keikutsertaannya dalam organisasi LAPRIS sejak 17 Juli 1946 hingga tertangkap 28 Februari 1947. Hukumannya yang dijatuhkan pun tak tanggung-tanggung: MATI. Menghadapi vonis tersebut, Monginsidi tak gentar. Malah berseru lantang. Menyatakan, ia yang bertanggung jawab atas semua kejadian.

Pada 4 September 1949, saat usianya genap 24 tahun, Wolter dieksekusi di Patjinang, beberapa kilometer dari Makassar. Kematiannya membuat kejut banyak pihak. Setahun kemudian ia diganjar Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra II. Makamnya pun dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Makassar. (Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Alimin: the Great Oldman

16 July 2008

Sejarah memang belum memberi lelaki yang lahir pada 1889 ruang besar bagi namanya untuk menjulang seperti Semaun, Darsono, Muso, Aidit. Padahal ia merupakan tokoh lama yang telah bergeliat dalam tahun-tahun awal Partai Komunis Indonesia (PKI) terbentuk. Ia merupakan sosok pejuang rakyat yang aktif dan konsisten sejak masa pergerakan nasional. Ia banyak memberi dukungan kepada generasi muda untuk meneruskan perjuangan. Khususnya masa-masa setelah pemberontakan PKI tahun 1948.

Sebuah pernyataan mengejutkan dikeluarkan oleh Kementerian Kehakiman Mr. Soesanto Tirtoprodjo mengenai nasib PKI setelah pemberontakan PKI 1948 di Madiun. Kepastian itu mengenai pemerintah tidak akan melarang PKI dan tidak akan menangkap tokoh-tokohnya, kecuali yang melanggar hukum. Kebijakan pemerintah tersebut kemudian disambut positif, terbukti diikuti banyaknya tokoh PKI yang muncul dari tempat persembunyiannya. Salah satunya adalah Alimin—tokoh tua PKI, yang muncul di Yogyakarta. Pada waktu itu kekosongan di kursi kepemimpinan partai karena tewasnya Muso membuatnya mampu mengisi jabatan itu. Apalagi ditambah dia memiliki sikap besar seorang pemimpin, praktis membuat namanya menonjol, ia pun dihormati oleh generasi muda komunis Indonesia. Hal ini memberikan Alimin peluang untuk memimpin PKI.

Pada waktu ia menjabat, hal pertama yang dihadapinya di dalam partai adalah hancurnya struktur partai akibat pemberontakan Madiun. Konsekuensi lainnya adalah mengenai citra buruk partai. Begitu berada di bawah kendalinya, langkah awal yang diambil adalah menghimpun kembali para anggota dari awal dan mengkadernya dengan selektif. Di samping itu Alimin juga menyusun kembali Sekretariat Central Comite (CC) dan menandai kemunculan PKI dengan susunan Sekretariat CC tersebut yang disiarkan pada 10 Juni 1950. Susunan tersebut terdiri dari Sukisman (mantan Sekjen Pesindo), Djaetun (mantan Digulis), dan Ngadiman. Akan tetapi secara praktis kegiatan partai belum ada kecuali pekerjaan di parlemen yang dilakukan oleh Tan Ling Djie.

Dalam kondisi partai yang belum memiliki kegiatan inilah, Alimin mulai mengupayakan langkah kongkret guna menghapus citra buruk partai. Demi mengembalikan kekuatan partai, ia menerapkan kebijakan yang lebih ketat dengan memperhitungkan kualitas para anggotanya. Ia membangun partai kecil dengan membangun pondasi yang kuat disertai dukungan kader yang cakap. Alimin membentuk PKI sebagai partai kader.

Menggunakan strategi seperti yang diterapkan Sneeveliet untuk menginfiltrasi SI, Alimin menggunakan metode yang sama. Strategi infiltrasi yang diterapkan Alimin terbukti cukup jitu. Ia memerintahkan kader partainya masuk ke berbagai organisasi kepemudaan, buruh, petani, dan wanita. Namun dalam upayanya membangun kembali kekuatan PKI, justru datang halangan dari kelompok muda. Ada perbedaan visi antara kelompok tua yang diawaki Alimin dengan kelompok muda yang dimotori DN. Aidit. Perbedaan ini semakin menguat dengan munculnya friksi di kedua kubu, yang menjelma menjadi perebutan pengaruh.

Pada 7 Januari 1951 terjadi suksesi DN. Aidit terhadap kepemimpinan tua. Alimin dijungkal. Habis sudah perannya sebagai tokoh utama. Posisinya di politbiro pun digusur dengan alasan Alimin terganggu kesehatannya pada Oktober 1953. Setelah itu PKI menjalankan garis politik dengan cara memobilisasi kekuatan massa dan pengorganisasian.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Freddie Mercury, Si “Melambai” Bersuara Emas

09 January 2008

Siapa tak kenal lagu-lagu semacam We Are The Champions, Bicycle, Bohemian Rhapsody, dan banyak hits Queen lainnya yang masih terkenal hingga kini. Ya, dialah Freddie Mercury, sang maestro pencipta lagu-lagu legendaris tersebut sekaligus dedengkot band Queen. Dengan nama asli Farrokh Bulsara, Mercury lahir pada 5 September 1946 di Stone Town, Zanzibar, dari pasangan Bomi dan Jer Bulsara.

Is this the real life
Is this just fantasy
Caught in a landslide
No escape from reality
(Bohemian Rhapsody/Queen/Freddie Mercury)

Pada usia 8 tahun, Freddie dikirim ke India untuk masuk di Sekolah St. Peter’s, sekolah khusus anak lelaki di dekat Bombai. Di negeri Bolywood, Freddie yang mempunyai adik perempuan bernama Kashmira, tinggal bersama nenek dan bibinya. Kala sekolah di India itulah bakat musiknya sudah mulai kentara dan terasah. Bersama teman-teman sejawatnya, Freddie membentuk band sekolah bernama Hectics. Freddie sendiri memainkan piano dalam formasi band ini. Saat usianya 17 tahun, Freddie dan keluarganya hijrah ke Feltham, London. Di Inggris, ia seperti menemukan dunia baru. Freddie jadi kerap bergonta-ganti band, itulah yang memberikan banyak perubahan berarti dalam naluri bermusiknya.

Pada 1969, Freddie mendirikan sebuah band bernama Ibex, yang beberapa saat kemudian berganti nama menjadi Wreckage. Tak bertahan lama, band ini lantas membubarkan formasinya. Setelah Wreckage tutup buku, Freddie bergabung dengan band Milk Sea, kendati juga tak bertahan lama. Awal 1970-an, band ini bubar. Baru pada April 1970, ketika bertemu seorang gitaris bernama Brian May dan Roger Taylor sang penabuh drum, Freddie seolah menemukan soulmate-nya dalam bermusik. Bersama kedua orang itu terbentuklah band bernama Smile, inilah cikal-bakal dari Queen. Belakangan baru terkuak rahasia nama Queen diambil lantaran Freddie adalah seorang gay. “I was certainly aware of the gay connotations, but that was just one facet of it,” ungkapnya.

Musikalitas Freddie terpengaruh dari pelbagai macam musik yang pernah didengarnya waktu kecil. Sebut saja, ia pernah mengidolakan Lata Mangeshkar, seorang penyanyi Bollywood yang amat terkenal waktu itu. Juga John Lennon dari The Beatles, Led Zeppelin, serta Jimi Hendrix,.

Mengenai Jimi Hendrix, ia berpendapat, “Jimi Hendrix is very important. He's my idol. He sort of epitomizes, from his presentation on stage, the whole works of a rock star. There's no way you can compare him. You either have the magic or you don't. There's no way you can work up to it. There's nobody who can take his place.”
Freddie juga sangat mengagumi Liza Minnelli. “One of my early inspirations came from Cabaret. I absolutely adore Liza Minnelli, she's a total wow. The way she delivers her songs-the sheer energy, “ katanya tentang sang biduan.

Salahsatu ciri khas Freddie –ini sangat memengaruhi lagu-lagu Queen– adalah nada-nada yang digunakannya. Dalam menciptakan tembang, Freddie termasuk seorang musisi ciamik, mampu menempatkan unsur-unsur teater dalam lagu-lagu ciptaannya yang kemudian menjadi hits Queen. Simak saja Bohemian Rhapsody, tak ada band rock yang melodinya naik-turun, dari tinggi menuju rendah, dari rendah menuju tinggi secara “brutal” seperti yang dimainkan Queen.

Namun sangat disayangkan, Freddie meninggal dalam usia muda. Pada 24 November 1991, tepat saat umurnya mencapai 45 tahun, Freddie Mercury hembuskan nafas terakhir akibat penyakit AIDS menggerogoti tubuhnya. Padahal, usianya bisa dikatakan masih cukup mumpuni untuk berkarya lebih. Toh begitu, tetap saja Freddie meninggalkan sesuatu yang hebat yang bisa dikenang umat manusia, khususnya para pecinta musisi rock, yang masih memainkan musiknya hingga kini.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Abdurrachman Baswedan

24 October 2007

Khazanah pers sejarah Indonesia telah mencatatnya sebagai salah seorang yang memiliki peran di kancah percaturan pers Indonesia dalam zaman pergerakan dan masa setelah Indonesia merdeka. Orang tersebut adalah Adurrahman Baswedan. Seorang pria kelahiran Bangil, Jawa Timur, 18 September 1908. Baswedan mempunyai darah keturunan Arab. Karakternya khas; sebagai manusia yang dilahirkan zaman pergerakan, dia cepat panas dan penuh vitalitas. Pendidikan formalnya ditempuh di Madrasah, Ampel, Surabaya dan IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta namun tidak rampung, tahun 1971.

Baswedan merupakan seorang jurnalis terkemuka dalam memainkan peranannya dalam mengusung tema persamaan antara orang-orang peranakan Arab dan orang-orang pribumi dalam masyarakat Indonesia yang luas. Pandangannya luas sebagai seorang jurnalis maupun politikus yang memainkan peranan di zaman pergerakan. Baswedan merupakan sosok unik yang pernah ada dalam sejarah Indonesia yang muncul diantara masalah masyarakat keturunan Arab.

g...Baswedan's life and career form a unique entry in the history of the problems that the Hadhrami community has experienced, both in the Dutch East Indies and in Indonesia.”
Sejak berusia 17 tahun, pada tahun 1925, Baswedan masuk Islam sebagai mubaligh Muhammdiyah, menyebarkan luaskan ajaran ke-Muhammadiyah-an serta ke-Islam-an Pula mencatatkan dirinya sebagai anggota Jong Islamieten Bond, sebuah organisasi pemuda Islam Indonesia terpelajar. Salah satu peran yang diakui memiliki pengaruh dalam arah perubahan sejarah bangsa Indonesia adalah ketika A.R Baswedan ini mendirikan PAI (Partai Arab Indonesia) di tahun 1934. Partai PAI ini secara tegas memberikan ajaran bagi para anggotanya bahwa Indonesia adalah tanah tumpah darah.

Sebagai seorang pendobrak pada masanya, Baswedan menyadari penyebaran gagasan yang efektif dapat dilakukan melalui surat kabar, baik majalah maupun koran. Intinya melalui tulisan. Karena itu pulalah, pada tahun 1932, Baswedan masuk salah satu jajaran anggota redaksi harian Tionghoa-Melayu di Surabaya, yaitu Sin Tit Po. Pimpinan Sin Tit Po bernama Liem Koen Hian, seorang peranakan Tionghoa yang sepaham dengan jalan pikirnya. Yaitu bahwa tempat kaum peranakan bukanlah di negeri leluhur sana, melainkan di Indonesia ini.

Antara rentang waktu 1932-1934, Baswedan beberapa kali keluar-masuk dunia redaktur surat kabar. Setelah keluar dari Sin Tit Po karena sudah tidak ada lagi kecocokan paham. Bersama Tjoe Tjie Liang dan Sjahranmual, Baswedan masuk ke harian Soeara Oemoem milik PBI (Persatuan Bangsa Indonesia, yang didirikan dr. Soetoemo) di Bubutan Surabaya. Para anggota yang baru bergabung di Soeara Oemoem tersebut dimanfaatkan untuk menulis mengenai nasionalisme yang dicita-citakan PBI. Cita-cita nasionalisme PBI itu sama dengan jalan pikiran Baswedan dan Liem Koen Hian; yakni kerjasama antar sesama bangsa Indonesia tanpa mempedulikan keturunan dan agama.

Selepas dari Soeara Oemoem, karena masalah kesehatan Baswedan hijrah ke Kudus, kemudian setelah sembuh pergi kembali ke Semarang. Sesampainya di sana, dia terjun kembali dalam dunia jurnalistik di surat kabar Matahari, sebuah harian yang isinya mendukung pergerakan nasionalisme dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Harian Matahari ini juga dipimpin oleh seorang peranakan Tionghoa bernama Kwee Hien Tjiat.

Semenjak muda Baswedan sudah memiliki keyakinan dan pendirian, bahwa tempatnya bukan dimana-mana kecuali di bumi Indonesia ini. Dan dia merasa Indonesia tempat dia dilahirkan; tempat dia hidup, dan Indonesia pula tempatnya berpulang. Oleh sebab itu, semangat hidupnya selalu diarahkan kepada perjuangan nasionalisme Indonesia.

Tanggal 1 Agustus 1934, harian Matahari Semarang memuat tulisan Baswedan tentang nasionalisme orang-orang peranakan Arab. Ia mengimbau orang-orang keturunan Arab agar bersatu membantu perjuangan Indonesia. Ia mengajak keturunan Arab, seperti dirinya sendiri, menganut asas kewarganegaraan ius soli. ''Di mana saya lahir, di situlah tanah airku,'' kata lelaki itu. Abdur Rachman Baswedan memang peranakan Arab, walau lidahnya pekat Jawa, bila berbicara. Dalam artikel itu terpampang foto Baswedan mengenakan blangkon. Karena ulahnya itu, orang-orang Arab─ketika itu terjadi pertikaian antara kelompok Al Irsyad dan Rabitah Alawiyah─berang padanya.

Pada Oktober 1934, setelah pemuatan artikel yang menghebohkan itu, ia mengumpulkan para peranakan Arab di Semarang. Lalu berdirilah Partai Arab Indonesia (PAI), dan Baswedan diangkat sebagai ketua. Sejak itu ia tampil sebagai tokoh politik. Harian Matahari pun ditinggalkannya. Padahal, ia mendapat gaji 120 gulden di sana, setara dengan 24 kuintal beras waktu itu. ''Demi perjuangan,'' katanya. Sebagai ketua PAI, Baswedan pindah ke Jakarta dan menerbitkan majalah Sadar. Majalah Sadar menanamkan pemahaman rasa kebangsaan di kalangan kaum peranakan Arab.

Sadar mampu bertahan hampir satu dekade kemudian ketika Jepang mendirikan pemerintahan militernya di Indonesia. Sama halnya dengan nasib surat kabar-surat kabar lainnya, Sadar menjadi korban pembredelan pemerintah militer Jepang. Selama masa pendudukan Jepang, pada awalnya Baswedan masih aktif menulis di koran Pemandangan sebelum akhirnya berganti nama menjadi Pembangun, yang pada akhirnya terpaksa bergabung dengan Asia Raya. Pada masa itu organisasi yang ada hanyalah Jawa Hookokai, Himpunan Kebaktian Rakyat seluh Jawa, dan Baswedan diangkat oleh Jepang sebagai anggota. Sesaat sebelum mundurnya Jepang di tanah air akibat serangan sekutu di Hiroshima dan Nagasaki, Baswedan diangkat menjadi anggota Chuoo-Sangi-Kai, semacam dewan penasehat yang anggota-anggotanya diangkat oleh penguasa dan dipilih oleh Syuu-Sangi-Kai, yaitu dewan karesidenan.

Tahun 1945 kemerdekaan Indonesia di kumandangankan, Baswedan mendapat tempat sebagai ketua pusat KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat). Karena masyarakat telah melihat sumbangsih yang diberikannya ketika masih dalam alam penjajahan. Anggota KNIP ini pada mulanya berjumlah 45 orang, sampai akhirnya anggota KNIP Pusat tadi menjadi Parlemen. Baru setahun Indonesia merdeka, pada tahun 1946, Baswedan ditunjuk sebagai sebagai Menteri Muda Penerangan. Jabatan tersebut masuk dalam jajaran kabinet Syahrir ke-3 dari partai Masyumi. Namun belum sempat melakukan apa-apa, kabinet Syahrir telah bubar.

Sekalipun demikian, Baswedan kembali diangkat sebagai anggota misi diplomatik RI ke Timur Tengah tahun 1947. Misi ini untuk menggalang konsolidasi dan mengadakan hubungan diplomatik dengan negara-negara Timur Tengah. Sebagai anggota misi ini di bawah pimpinan Haji Agus Salim, dia berhasil menerobos blokkade pertahanan udara Belanda. Dengan hubungan yang berhasil terjalin, maka negara-negara di Timur Tengah mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Sebelum turun dari kancah perpolitikan di tahun 1955, Baswedan pernah menyandang dua jabatan yaitu sebagai anggota Parlemen dan anggota Konstituante.

Seusai tahun 1950, dia aktif mengemudikan majalah Nusaputra. Dan bersama seorang kawannya, Natsir, aktif mengelola mingguan Hikmah di Jakarta sekaligus juga menjadi kontributor tulisan di pelbagai mass media. Meskipun telah turun dari arena perpolitikan tetapi jiwanya sebagai seorang jurnalistik tidaklah surut. Seterusnya oleh redaksi Mertju Suar di Yogyakarta, dia diminta menjadi penasehat dan pembantu redaksi. Di samping tetap menjabat sebagai Ketua Dewan Dakwah Islamyah Indonesia Wilayah Yogyakarta.

Tidak sempat merampungkan autobiografinya, Abdur Rahman Baswedan meninggal dunia, dalam usia 78 tahun, pada Maret 1986. Di rumahnya di Jalan Taman Yuwono 19, Yogyakarta.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...

Si Kancil Kecil, Adam Malik

Adalah Adam Malik, seorang laki-laki dari Pemantang Siantar, Medan, Sumatra Utara yang lahir 22 Juli 1917. Sekitar tahun 1910-an merupakan dekade pertama pergerakan kebangsaan dalam arti yang sesungguhnya. Pada dekade ini muncul beberapa organisasi pergerakan yang memberikan dasar-dasar bagi pola-pola dan arus aliran pergerakan dua dekade berikutnya.

Terbentuknya Sarekat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Sarekat Islam, pendirian Boedi Oetoemo tahun 1908, serta IP (Indsische Partij) menguatkan indikasi tersebut. Di tengah-tengah suasana masa pergerakan inilah Adam Malik lahir ke dunia ini. Dan secara tidak langsung, mempengaruhi terbentuknya karakter Adam Malik yang memiliki watak keras dan cita-cita yang tinggi untuk menggapai impian.

Adam Malik memiliki ibu bernama Salamah Lubis dan ayah bernama Abdul Malik Batubara. Pada waktu itu, sebagai kaum pedagang orang tuanya tergolong orang kaya, sehingga dapat menyekolahkan Adam Malik di HIS (Hollandsch Inlandsche School). HIS merupakan sekolah rendahan Belanda Bumiputera di zaman Belanda, di mana diajarkan bahasa Belanda sejak kelas satu sampai kelas terakhir, kelas tujuh. Namun hanya sampai kelas lima saja, Adam Malik bersekolah HIS.

Walaupun Adam Malik tidak bersekolah lagi, setiap hari ia membantu ayahnya di toko. Selain pendidikan formal yang hanya sampai kelas lima, Adam Malik pernah masuk pesantren di Parabek, Bukittinggi. Masa kecilnya itu dihabiskannya dengan perbenturan langsung atas kehidupan keluarganya yang berkecukupan dengan kenyataan hidup kaum buruh perkebunan karet Pemantang Siantar. Sekitar tahun 1930-an, Sumatra dibanjiri oleh para buruh kontrak perkebunan karet. Saat itu, Abdul Malik memasok barangnya ke daerah perkebunan karet tersebut. Karena ketika gajian para buruh perkebunan tiba, mereka akan menghabiskannya untuk membeli keperluan. Saat itu Adam Malik turut serta bersama ayahnya. Persentuhan inilah yang membawa arti tersendiri dalam hati Adam Malik.

Adam Malik melihat kenyataan bahwa para buruh tersebut, meskipun menerima gaji, mendapatkan tekanan batin dan menderita fisiknya. Hal tersebut mengingatkannya pada ajarannya Haji Mucthar Lutfi dari PERMI (Pergerakan Muslim Indonesia) dan Rasuna Said (seorang tokoh pers Indonesia), pada waktu mengaji di Parabek dulu. Bahwa penindasan sesama manusia itu tidak dibenarkan oleh Tuhan dan ini mesti ditentang dan dihapuskan. Dalam proses sosialisasi politiknya, realitas kemiskinan ribuan kuli kontrak di Sumatra Timur, menggodanya untuk mempertanyakan mengapa ada hal seperti itu. Hal itu membawanya pada satu kata: penjajahan. Dengan demikian kata “penjajahan” (sebagai suatu konsep politik), segera masuk ke dalam pikirannya mendorongnya untuk lebih memahami maknanya dan akhirnya mendorongnya mengambil keputusan untuk terjun ke dunia politik.

Dalam jiwa muda Adam Malik, ia sudah terpikat beberapa ajaran dari tokoh favoritnya yaitu Ibrahim Gelar Sutan Malaka atau yang lebih dikenal dengan: Tan Malaka. Filsafat yang terkenal dari Tan Malaka adalah Materialisme-Dialektika. Tahun 1924, Tan Malaka (salah satu tokoh pergerakan yang ternama) membuat sebuah buku yang berjudul “Menuju Republik Indonesia”. Segera buku tersebut menjadi referensi kaum pergerakan di Indonesia. Tan Malaka memiliki arti tersendiri di mata Adam Malik dan kawan-kawan. Hal ini terbukti dengan dilahapnya bahan-bahan yang berasal dari PARI, yang dibentuk oleh Tan Malaka di Bangkok dengan tujuan membentuk Negara Indonesia Merdeka. PARI kemudian menjadi Proletaris Asia Republik Internasionale.

Setelah tahun 1927 membentuk PNI, tanggal Desember 1929, Sukarno dan tujuh pemimpin PNI lainnya dipenjarakan; September 1930 mereka diadili karena:
cikut serta dalam organisasi yang tujuannya melakukan kejahatan dan juga…dengan sengaja menyatakan diri mereka dalam kata-kata yang menganjurkan pengacauan ketertiban umum dan menumbangkan kekuasaan Hindia Belanda.

Hukuman yang dijatuhkan kepada mreka antara satu dan tiga tahun; Sukarno dihukum tiga tahun. PNI dinyatakan terlarang. Akan tetapi, ke depannya hukuman Sukarno dikurangi, pada tahun 1931, Sukarno dibebaskan dari penjara dan masuk kancah arena perpolitikan lagi. Partindo didirikan untuk menggantikan PNI yang telah dinyatakan terlarang. Dan pertengahan tahun 1933, Partindo telah mencapai jumlah 50 cabang dan 20.000 anggota.

Tahun 1931, sidang Dewan Rakyat (Volksraad) telah mengancam gerakan kebangsaan secara umum, sehingga akan menggunakan tangan besi dalam menghadapinya. Dua tahun kemudian, tanggal 1 Agustus 1933, dikeluarkanlah undang-undang yang kerap kali disebut Vergader Verbod. Pada intinya undang-undang tersebut isinya melarang para anggota masyarakat dalam bentuk apapun mengadakan musyawarah, rapat, diskusi secara terbuka tanpa izin dari pemeritah Hindia Belanda. Atas dasar itulah, tahun 1934, Adam Malik ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara selama dua bulan. Dalam suatu rapat di rumah Soetan Pangoerabaan Pane (ayah Sanusi Pane), yang dihadiri oleh tujuh orang undangan. Karena waktu itu Adam Malik menjabat ketua Partindo cabang Pemantang Siantar. Hal tersebut bisa dikatakan bahwa Adam Malik merupakan salah satu ancaman berbahaya bagi pemerintahan HindiaBelanda.

Sekeluarnya Adam Malik dari penjara, pada tahun itu juga, ia ke Jakarta. Di Jakarta, Adam Malik tinggal di bagian kota, yaitu di Buitentijgerstraar, tempat seorang kenalan yang juga pengikut Tan Malaka. Namanya Jahja Nasution yang mempunyai kantor Tata Usaha, yang pada akhirnya dibuang ke Boven Digul. Sekitar tahun 1936-an, pemerintah Hindia Belanda mengadakan penangkapan besar-besaran terhadap orang-orang yang dianggap aktif dalam organisasi PARI dan para pengikut Tan Malaka. Kembali Adam Malik terciduk dan merasakan pengabnya udara penjara, yang berada di Gang Tengah Salemba. Di sini Adam Malik bertemu seorang kawan yang kelak bersama-sama dua orang lainnya mendirikan Antara, bernama Pandoe Kartawigoena. Pandoe merupakan anggota Persatuan Pemuda Rakyat Indonesia (Pepri). Di tengah kegamangan suasana penjara dan persahabatannya dengan Pandoe, Adam Malik merencanakan membangun jaringan komunikasi yang dapat mencakup masyarakat luas.

Selepas keluarnya dari penjara, Adam Malik dan Pandoe Kartawigoena mulai mewujudkan idenya. Ditemuilah Djohan Sjahruzah, seorang mahasiswa hukum. Pertemuan ini membawa mereka mengadakan rapat di rumah Haji Agus Salim, di sanalah rencana tadi dimatangkan. Tepat tanggal 13 Desember 1937, Adam Malik, Soemanang, A.M Sipahoetar dan Pandoe Kartawigoena memproklamirkan berdirinya Antara. Nama Antara diambil dari salah satu surat kabar di Bogor, yaitu: Perantaraan. Meskipun, waktu pengambilan keputusan tersebut Adam Malik tidak hadir, dia tetap ditunjuk sebagai ketua. Antara berkantor di Buitentijgerstraar (yang kini menjadi jalan Pinangsia) No. 30 Jakarta Kota.
Sebelum kedatangan Jepang, tahun 1940-1941, Adam Malik aktif menjadi anggota dewan Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia). Ketika Jepang datang dan mendirikan pemerintahan militernya di Indonesia, Jepang membredel seluruh kantor radio yang ada di Indonesia. Satu-satunya yang diijinkan kantor radio yang bernama Domei, yang merupakan peleburan Antara. Ditunjuk untuk menjabat pemimpin utamanya adalah Adam Malik. Peran Adam Malik di dalam Domei adalah dalam pencaharian berita tentang situasi dan kondisi arah dari jalannya peperangan di Laut Pasifik dan bahan yang penting untuk diteruskan pejuang bangsa secara sembunyi-sembunyi.

Di zaman Jepang, Adam Malik aktif bergerilya dalam gerakan pemuda memperjuangkan kemerdekaan. Menjelang 17 Agustus 1945, bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, pernah melarikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memaksa mereka memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Demi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, ia menggerakkan rakyat berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta. Mewakili kelompok pemuda, Adam Malik sebagai pimpinan Komite Van Aksi, terpilih sebagai Ketua III Komite Nasional Indonesia Pusat (1945-1947) yang bertugas menyiapkan susunan pemerintahan. Selain itu, Adam Malik adalah pendiri dan anggota Partai Rakyat, pendiri Partai Murba, dan anggota parlemen.

Akhir tahun lima puluhan, atas penunjukan Soekarno, Adam Malik masuk ke pemerintahan menjadi duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Uni Soviet dan Polandia. Karena kemampuan diplomasinya, Adam Malik kemudian menjadi ketua Delegasi RI dalam perundingan Indonesia-Belanda, untuk penyerahan Irian Barat di tahun 1962. Selesai perjuangan Irian Barat (Irian Jaya), Adam Malik memegang jabatan Menko Pelaksana Ekonomi Terpimpin (1965). Pada masa semakin menguatnya pengaruh Partai Komunis Indonesia, Adam bersama Roeslan Abdulgani dan Jenderal Nasution dianggap sebagai musuh PKI dan dicap sebagai trio sayap kanan yang kontra-revolusi.

Bulan Mei 1950, Adam Malik dan Mochtar Lubis berangkat ke berbagai negara di Asia Tenggara, antara lain: Singapura, Malaya, Burma, Hongkong dan Philipina selama satu bulan. Perjalanan itu merupakan penjajagan, sebab tidak tiap Negara mempunyai kantor beritanya sendiri. Bulan Agustus 1951, usaha itu diteruskan oleh Adam Malik sediri beberapa waktu kemudian. Tujuan utamanya ialah Eropa. Maksud perjalanan: mengadakan hubungan dengan kantor-kantor berita di luar negeri dan dengan pers umumnya. Sejak tanggal 13 Desember 1962, status Antara sebagai lembaga langsung berada di bawah presiden diatur dengan SK presiden No. 37 tahun 1962; terhitung sejak 15 Oktober 1962 namanya menjadi Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara. Sejak 13 Desember 1962, dengan SK presiden No. 375 tahun 1962, Persbiro Indonesia (PIA) dilebur ke dalam Antara.

Sewaktu Antara dikuasai kaum Komunis, Adam Malik dikucilkan, tetapi sejarah mencatat bahwa akhirnya dia tetap diakui sebgai salah seorang sesepuh Antara. Sewaktu merayakan hari ulang tahunnya yang ke-41, pelbagai upacara peringatan diadakan di ruang pertemuan kantor wakil presiden. Di tahun 1970-an, Adam Malik sempat menjabat sebagai Ketua MPR/DPR 1977-1978 dan Wakil Presiden RI (23 Maret 1978-1983). Setelah mengabdikan diri demi bangsa dan negaranya, H.Adam Malik meninggal di Bandung pada 5 September 1984 karena kanker lever. Kemudian, isteri dan anak-anaknya mengabadikan namanya dengan mendirikan Museum Adam Malik. Pemerintah juga memberikan berbagai tanda kehormatan.
(Lilih Prilian Ari Pranowo)
Continue Reading...